Dapatkan info terbaru dengan update gratis
Cukup daftar untuk War in Ukraine myFT Digest — dikirim langsung ke email kamu.
Kanselir Jerman Friedrich Merz mendukung serangan militer Ukraina jauh ke wilayah Rusia, setelah sebelumnya berjanji untuk memberikan rudal jarak jauh Jerman ke Kyiv.
Merz bilang pada Senin bahwa Jerman, Inggris, Prancis, dan AS sudah menghilangkan batas jangkauan senjata yang dikirim ke Ukraina.
Paris, London, dan Washington sudah memberi rudal jarak jauh ke Kyiv dan mengizinkan serangan di wilayah Rusia. Tapi sikap Merz berbeda dengan pendahulunya, Olaf Scholz dari Partai Sosial Demokrat, yang digantikannya bulan ini.
Mantan kanselir itu sering menolak permintaan Kyiv dan sekutunya untuk memberikan rudal Taurus Jerman ke pasukan Ukraina. Rudal ini punya sistem hulu ledak cerdas yang bisa merusak bangunan seperti jembatan dan bunker.
Meskipun Merz memutuskan untuk berhenti mengungkap pengiriman senjata sejak menjabat — sikap ini mirip dengan pendekatan "ambigu strategis" Presiden Prancis Emmanuel Macron — dia sebelumnya bilang dia setuju pengiriman rudal Taurus ke Kyiv jika dikoordinasikan dengan sekutu Eropa.
"Tidak ada lagi batas jangkauan untuk senjata yang dikirim ke Ukraina, baik oleh Inggris, Prancis, kami, atau AS," kata Merz di konferensi di Berlin hari Senin.
Dia tambahin, "Ini artinya Ukraina sekarang bisa bertahan, misalnya dengan menyerang posisi militer di Rusia. Sebelumnya tidak bisa, hanya sedikit pengecualian. Sekarang bisa. Dalam istilah kami, ini disebut tembakan jarak jauh."
Komentar Merz ini muncul setelah tiga hari serangan udara Rusia ke Ukraina yang melibatkan lebih dari 1.000 drone dan rudal.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, bilang keputusan memberi rudal jarak jauh ke Ukraina "berpotensi bahaya" dan bisa menggagalkan "upaya perdamaian" di Ukraina, menurut kantor berita Tass.
Rudal jelajah Taurus punya jangkauan lebih dari 500km, lebih jauh dari rudal Storm Shadow dan Scalp dari Inggris-Prancis serta Atacms dari AS.
Rudal Inggris, Prancis, dan AS itu pertama kali dipakai untuk target militer di wilayah Bryansk dan Kursk Rusia pada November, saat pemerintahnya diam-diam mencabut batas geografis penggunaannya.
Selain itu, Kyiv juga kembangkan rudal jarak jauh Neptune sendiri dan drone untuk serang wilayah Rusia.
Komentar Merz muncul saat pemimpin Eropa berusaha cari cara untuk tingkatkan tekanan ke Moskow, setelah Presiden AS Donald Trump memberi sinyal ingin biarkan mereka selesaikan konflik sendiri.
PM Inggris Keir Starmer akan ketemu Merz di Aachen, Jerman barat, pada Kamis, saat Presiden Komisi EU Ursula von der Leyen dapat hadiah Charlemagne.
Pejabat Inggris bilang Starmer akan bicara dengan Merz tentang tingkatkan tekanan ekonomi ke Rusia dan pastikan Ukraina dapat dukungan finansial dan militer yang dibutuhkan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy rencananya akan ke Berlin pada Rabu, menurut Der Spiegel.
Dengan komitmen AS ke keamanan Ukraina yang tampak melemah, pemimpin Prancis, Inggris, dan Jerman semakin terpecah soal seberapa besar dukungan militer bisa diberikan ke Ukraina setelah perang.
Prancis dan Inggris, pencetus "koalisi yang bersedia", tetap yakin rencana awal mengirim pasukan ke Ukraina masih mungkin. Negara lain seperti Jerman lebih skeptis karena AS masih menolak ide ini dan belum janjikan jaminan keamanan yang diminta kekuatan Eropa.
Starmer dan Macron masih dukung rencana pasukan, kata orang yang terlibat dalam negosiasi, agar Eropa tetap terlibat dalam gencatan senjata dan jaga moral Ukraina, sekaligus tunjukkan komitmen ke Trump.
Satu pejabat Eropa bilang rencana pasukan "sudah mati" karena "tidak masuk akal tanpa bantuan Trump, dan dia tidak mau bantu". Tapi diplomat Prancis bilang kabar rencana itu mati "sangat berlebihan" dan "sama sekali tidak benar", dan negara-negara masih kerja dengan kecepatan normal.
Laporan tambahan oleh Leila Abboud di Paris dan Max Seddon di Berlin.