Merek untuk Kaum Muda Pikat Pembeli Black Friday yang Hati-Hati di Tengah Kekecewaan pada Diskon Lain

Hari Black Friday ini, toko-toko untuk remaja berhasil menarik banyak pembeli yang menghadapi cuaca dingin dan harga barang yang naik.

Mereka menawarkan diskon untuk produk seperti parfum, sabun mandi, dan sweater untuk menarik orang Amerika yang pilih-pilih. Ternyata caranya berhasil: Toko yang paling ramai di berbagai kota Amerika adalah merek seperti Edikted, Kendra Scott, dan Bath & Body Works.

Sebaliknya, toko-toko lain di mall sepi pengunjung. Banyak pembeli yang kecewa karena mengharapkan diskon besar dari merek mahal seperti Ralph Lauren dan Coach.

Kathy McFarland, seorang guru pensiunan dari Missouri, berada di toko Edikted di New York yang sangat ramai. Toko itu memberikan diskon 30%. Dia tidak pernah dengar merek itu sebelumnya, tapi cucunya yang mau pergi kesana. Di Florida, Jenna Guttman yang berumur 49 tahun mengajak anak perempuannya ke Edikted untuk ulang tahunnya yang ke-13 karena di Chicago tidak ada toko itu.

Merek yang populer di TikTok dan di kalangan anak muda, meskipun diskonnya tidak terlalu besar, ternyata laris pada Black Friday kali ini. Toko seperti Alo Yoga, Brandy Melville, dan Kendra Scott juga ramai di banyak tempat.

Dua saudara perempuan, Zoe (13) dan Berkley Slick (16), sedang antri di toko Kendra Scott di Iowa. Ini adalah pengalaman Black Friday pertama mereka. “Rasanya terlalu ramai sekali,” kata Zoe sambil melihat sekeliling mall yang penuh orang.

Dheeraj Nimmala, seorang manajer berumur 21 tahun di toko Perfume Obsessions, bilang hari ini sangat “sibuk”. Tokonya menjual parfum Jean Paul Gaultier Elixir yang terkenal di TikTok dengan penawaran beli satu gratis satu sepanjang hari.

MEMBACA  Ekspor Taiwan April naik kurang dari yang diharapkan, tetapi pengiriman ke AS mencetak rekor Menurut Reuters.

Toko yang memberikan penawaran terbaik juga menarik paling banyak orang. Sebuah toko Bath & Body Works di Virginia yang menawarkan “beli tiga, dapat empat” sangat penuh. Orang-orang harus memiringkan badan untuk jalan melewati kerumunan. Menurut Cedric Clark dari Walmart, TV merek Vizio dan Cincin Oura yang diskonnya lebih dari 30% adalah barang yang populer hari ini.

“Para pelanggan memanfaatkan penawaran sebaik-baiknya,” katanya.

Target mengatakan antrian sudah terbentuk sejak jam 3 pagi di beberapa tokonya. Rata-rata ada 150 orang yang menunggu untuk mendapatkan barang gratis saat toko buka. Barang yang paling laku adalah mainan diskon 50% dan dekorasi liburan diskon 40%.

Tapi, banyak juga pembeli yang merasa kecewa dengan promosi Black Friday kali ini.

Keluarga Repasky punya tradisi pergi ke mall Tysons Corner Center di Virginia setiap Black Friday. Perubahan yang mereka lihat tahun ini: lebih sedikit penawaran murah dan barang gratis.

Jennifer Schmuck, seorang bankir berumur 50 tahun, melihat hal yang sama di Maryland. “Saya rasa diskonnya tidak sebaik dulu,” katanya. Tahun lalu, Macy’s memberinya kupon $10 karena dia termasuk yang pertama antri, tapi tahun ini tidak.

Di dekat Philadelphia, Melissa Ritzius juga tidak terkesan dengan penjualan di Polo Ralph Lauren. Meski diskonnya kelihatan sama dengan tahun lalu, karena harga awalnya lebih tinggi, jadinya tidak murah juga.

Banyak pembeli yang datang hanya untuk merasakan suasana ramai, tapi bagi sebagian orang, ini juga mengecewakan. Beberapa mall di Amerika, seperti Patrick Henry Mall di Virginia, terlihat sepi pagi ini. Mall lain antri hanya di beberapa toko seperti Macy’s, Old Navy, Target, dan Edikted.

MEMBACA  Bagaimana seorang pria yang kehilangan kedua kakinya menjadi pria paling diinginkan di Ukraina

“Rasanya lebih sepi dari hari Sabtu biasa,” kata Nicole Slaughter di Mall of Georgia.

Deontay Phillips, seorang prajurit berumur 26 tahun, kecewa karena kurangnya acara spesial dan diskon. “Ini tidak seperti yang saya bayangkan,” katanya di sebuah toko Best Buy di Virginia. “Saya mungkin tidak akan melakukan ini lagi.”

Konsumen Amerika memulai musim belanja liburan ini dengan banyak kekhawatiran ekonomi, seperti lapangan kerja yang lesu, gaji yang tidak naik, inflasi, dan dampak tarif. Black Friday akan menjadi ujian: Akankah pembeli Amerika bertahan menghadapi tantangan ekonomi, atau perekonomian AS yang ditopang konsumsi akan mulai melemah?

Tanda-tanda menunjukkan musim liburan tahun ini akan lebih hemat.

“Kami tidak berharap liburan ini akan terlalu meriah dan bersemangat,” kata Marshal Cohen, seorang penasihat ritel.

Meski total pengeluaran diperkirakan sama dengan tahun lalu, jumlah barang yang terjual bisa turun sampai 2.5%. Artinya, orang akan mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli lebih sedikit barang.

“Pohon Natal tahun ini tidak akan penuh hadiah,” kata Cohen.

Toko-toko di Amerika mendapatkan 20% dari penjualan tahunannya di bulan November dan Desember. Tahun ini, perusahaan bersaing untuk mendapatkan konsumen yang sangat memperhatikan harga dan cemas. Meski orang masih mau belanja – terutama mereka yang berpenghasilan tinggi – mereka sangat pilih-pilih. Beberapa pembeli berencana memanfaatkan diskon Black Friday bukan untuk foya-foya, tapi untuk menimbun barang kebutuhan pokok.

Sementara itu, tarif membuat beberapa merek sulit memberikan diskon besar seperti Black Friday biasanya. Pembeli yang pergi ke toko juga mungkin menemukan antrian yang lebih panjang dan lebih sedikit pelayan. Perekrutan karyawan musiman diperkirakan akan turun ke level terendah sejak tahun 2009.

MEMBACA  Moderna Berikutnya? Biotek Ini di Tahap Klinis dan Siap Meledak.

“Tidak ada yang didiskon cukup sampai-sampai saya merasa, ‘wah, saya tidak butuh ini, tapi harus beli sekarang’,” kata Jennifer Greenberg, seorang warga New York berumur 29 tahun yang sedang mencari menorah di Bloomingdale’s.