Konsumen di seluruh dunia Muslim semakin kaya–dan mereka ingin beli barang yang sesuai nilai-nilai mereka. Ini mendorong pertumbuhan “ekonomi halal,” yaitu barang dan jasa yang sesuai prinsip Islam. Tapi dengan pertumbuhan juga ada kebingungan, karena beberapa negara punya badan sertifikasi dan logo sendiri-sendiri.
Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi ingin memperluas “ekonomi halal.” Saat berbicara di Fortune ASEAN-GCC Economic Forum di Kuala Lumpur Rabu lalu, dia bilang ASEAN sudah setuju secara prinsip untuk punya logo halal bersama di 10 negara ASEAN, dan akan ada diskusi tentang sertifikasi halal global di Riyadh November nanti.
GCC terdiri dari enam negara termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
“Halal nggak cuma makanan dan minuman, tapi juga farmasi, perbankan, asuransi. Gaya hidup muslim itu halal dan kami ingin berbagi pengetahuan ini,” kata Ahmad Zahid.
Dia ngomong ini di panel tentang investasi ke ASEAN dan GCC, bareng Jing Guangjun, ketua Guangzhou Industrial Investment Holdings Group.
Halal artinya barang yang diperbolehkan dalam Islam, dan permintaan untuk produk halal terus naik. Menurut penelitian Salaam Gateway, konsumen muslim global menghabiskan $2,29 triliun untuk produk halal di 2022. Mereka prediksi pengeluaran bakal naik jadi $3,1 triliun di 2027.
Ahmad Zahid ketua Halal Industry Development Council Malaysia. Negara ini mendorong ekonomi halal di Asia Tenggara dan bank terbesarnya, Maybank, adalah penyedia keuangan Islam terbesar di region.
Malaysia dan Indonesia mayoritas muslim, sedangkan negara Asia Tenggara lain kayak Thailand, Filipina, dan Singapura juga punya populasi muslim yang besar.
Banyak negara mayoritas muslim udah naik dari pendapatan rendah ke menengah. Konsumen yang semakin kaya ini sekarang ingin lihat nilai agama dan budaya mereka tercermin dalam apa yang mereka beli, sehingga mendorong pertumbuhan perusahaan lokal dan startup yang nawarin alternatif halal untuk produk kayak kosmetik dan fashion.
Lebih dari ekonomi halal
Selain memperluas ekonomi halal, Malaysia, yang sekarang jadi ketua ASEAN, juga mendorong kerja sama antara GCC, ASEAN, dan China.
Ahmad Zahid bilang ASEAN nggak cuma fokus ke dalam, tapi di bawah PM Anwar Ibrahim, Malaysia dan ASEAN ingin “melangkah maju dengan kemitraan cerdas” bersama GCC dan China.
Dia tambahin bahwa ASEAN dan China udah kerja sama lama dan keduanya bakal dapat manfaat kalo GCC jadi partner baru.
Salah satu bidang kerja sama yang bisa menguntungkan China, ASEAN, dan GCC adalah AI. “Setiap negara, setiap region, harus ambil kesempatan di mana teknologi baru bisa dibagi,” kata Ahmad Zahid. “Kita bisa lihat pertumbuhan negara GCC. Mereka nggak cuma fokus ke dalam tapi juga melihat ASEAN sebagai region baru untuk investasi dan berbagi temuan teknologi.”
GCC terdiri dari enam negara termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. ASEAN punya 10 negara di Asia Tenggara.
UEA adalah salah satu negara terdepan dalam mengembangkan kemampuan dan teknologi AI di region, terutama lewat perusahaan investasi AI mereka, G42.
Cerita ini awalnya muncul di Fortune.com