Perusahaan startup AI dari Swedia, Lovable, baru saja mendapatkan dana $330 juta dalam pendanaan Seri B. Valuasinya kini $6,6 miliar, yang mana lebih dari tiga kali lipat dari lima bulan lalu. CEO Anton Osika bilang ke Fortune, dana ini akan bantu misi perusahaan untuk jadi “software terakhir” yang dibutuhkan perusahaan dan pengembang.
Putaran pendanaan ini dipimpin CapitalG dan dana Anthology dari Menlo Ventures. Ikut serta NVentures (divisi venture NVIDIA), Salesforce Ventures, Databricks Ventures, serta investor strategis seperti Atlassian Ventures dan HubSpot Ventures. Ini terjadi cuma sebulan setelah Lovable umumkan mereka capai pendapatan berulang tahunan $200 juta.
Perusahaan ini punya tujuan besar: membuat teknik software bisa diakses siapa saja dengan promosi “vibe-coding”. Prosesnya, pengguna cuma jelaskan dalam bahasa biasa tentang produk atau fungsi software yang ingin dibuat, lalu AI-nya yang tulis kodenya.
“Misi kami adalah membuat siapa pun bisa menjadi pembangun,” kata Osika. Dia meramalkan dunia di mana setiap perusahaan bisa bikin software khusus sendiri, daripada tergantung produk mahal dan kurang custom dari vendor teknologi besar. Misalnya, daripada beli berbagai alat untuk CRM, pelacakan proyek, atau manajemen inventaris, perusahaan bisa pakai Lovable untuk langsung bangun apa yang mereka butuhkan.
Beberapa perusahaan sudah lihat hasil dari produk Lovable. Di Zendesk, tim yang pakai Lovable bisa beralih dari ide ke purwarupa kerja dalam tiga jam, bukan enam minggu. Sementara di firma konsultan McKinsey, para insinyur pakai produk Lovable untuk bangun dalam beberapa jam sesuatu yang biasa mereka tunggu 4-6 bulan dari tim pengembang internal.
“Kemampuan siapa saja untuk menjelaskan masalah software ke Lovable dan menyelesaikannya, sedang menjadi kenyataan universal,” ujarnya.
Tapi, para skeptis bilang vibe-coding tidak selalu hasilkan software berkualitas terbaik. Kode yang dihasilkan bisa tidak efisien atau ada celah keamanan yang berisiko, tergantung penggunaannya. Selain itu, meski alat seperti Lovable memungkinkan orang tanpa pengalaman coding membuat software, bukan berarti mereka bisa memelihara kode itu sendiri seiring waktu.
Osika menyebutkan ada tiga kasus penggunaan utama Lovable di klien enterprise. Ada yang bangun sistem inti bisnis sepenuhnya pakai Lovable; ada yang pakai untuk alat internal yang sebelumnya terbengkalai berbulan-bulan; dan ada tim produk yang pakai untuk validasi ide dengan purwarupa fungsional.
“Perusahaan-perusahaan sedang mengubah alur kerja dengan AI, karena Anda bisa bangun aplikasi AI dengan Lovable hanya dalam satu perintah,” kata Osika. “Ia menjadi semacam tempat di mana pekerjaan diselesaikan.”
### Persaingan Memanas di Dunia Coding Berbasis AI
Lovable beroperasi di lanskap yang makin kompetitif, menghadapi pesaing dari startup lain hingga perusahaan besar yang kini rilis produk coding sendiri. Meski Lovable gunakan model dasar dari OpenAI, Google, dan Anthropic, perusahaan-perusahaan itu kini juga rilis alat coding yang bisa jadi pesaing langsung.
“Kami anggap mereka sebagai mitra,” kata Osika tentang persaingan dengan lab AI besar. “Saya pikir saat software dan AI mulai menyatu, akan ada lebih banyak tumpang tindih. Tapi alasan orang memilih kami, meski ada alternatif lain, adalah karena Lovable memang berhasil.”
Matt Murphy, partner di Menlo Ventures yang pimpin investasi, bilang strategi Lovable adalah membangun “lapisan software yang disukai” di atas model-model lab AI, yang mana pelanggan mau bayar untuk itu. “Angkanya berbicara sendiri,” kata Murphy, seraya mencatat Lovable telah mengubah pasar laten puluhan juta orang menjadi pengembang.
“Lovable telah lakukan hal yang langka: membuat produk yang dicintai baik oleh perusahaan besar maupun pendiri. Permintaan dari perusahaan Fortune 500 menandai perubahan fundamental dalam cara software dibangun,” tambah Laela Sturdy, Managing Partner di CapitalG.
Kisah ini pertama kali ditampilkan di Fortune.com