JPMorgan Chase CEO Jamie Dimon ditanya tentang pelajaran kepemimpinan di akhir wawancara panjang di Reagan National Economic Forum hari Jumat. Dia bilang penting untuk keluar, dengar pendapat orang, observasi, kasih penilaian jujur, dan tetap rendah hati. Dia juga jelaskan apa yang bisa menariknya dari sektor swasta ke sektor publik.
CEO dengan masa jabatan terlama di Wall Street bilang lebih baik kasih penilaian jujur daripada bikin bos senang.
Di akhir wawancara tersebut, Dimon ditanya soal kunci kepemimpinan. Hal pertam yang dia sampaikan: “Keluar, keluar, keluar, bicara sama orang, sama klien. Aku bicara sama semua orang.”
Dia juga tekankan pentingnya dengar pandangan berbeda, keluhan, dan pelajari pesaing. “Amati, amati, amati, dan suruh timmu lakukan hal sama. Ini proses terus-menerus karena pesaing kita pintar dan tangguh,” tambahnya.
Lalu dia bahas alasan perusahaan yang dulunya terdepan jadi gagal: kesombongan, keserakahan, rasa puas diri, dan birokrasi berlebihan. Eksekutif sering tertekan buat bikin bos senang dan hindari mempermalukan orang, padahal lebih baik berikan fakta sebenarnya.
“Kalau orang bilang ‘tunjukan sisi baik’, aku selalu jawab, jangan tunjukkan sisi baik, tunjukkan kebenaran, 100% benar,” kata Dimon. “Jujur saja, kita bisa atasi itu. Penilaian mendalam dan jujur itu penting.”
Dia juga sebut kerendahan hati dan rasa ingin tahu sebagai sifat penting pemimpin. “Orang nggak mau kerja untuk bos yang menyebalkan atau suka menyalahkan.”
Sementara itu, spekulasi tentang pengganti Dimon di bank terbesar dunia ini masih berlanjut. Dia baru saja konfirmasi akan mundur dalam 2-4 tahun.
Di usia 69 yang masih tergolong muda, banyak yang menduga dia mungkin terjun ke pemerintahan, entah lewat pemilu atau jadi pejabat. Awal tahun ini, dia bahkan akui sempat pertimbangkan maju jadi presiden AS, tapi urungkan niat karena nggak mau jauh dari keluarga.
Donald Trump juga pernah sebut mungkin akan pertimbangkan Dimon sebagai Menteri Keuangan, tapi akhirnya batal.
Saat ditanya apa yang bisa bikin dia masuk ke layanan publik, jawabannya sederhana: “Kalau aku yakin bisa menang, yang sebenarnya aku nggak yakin bisa,” candanya.
Cerita ini pertama kali muncul di Fortune.com