Judul: Trump Selalu Mundur dalam Kebijakan Luar Negeri Juga

Buka White House Watch gratis

Panduan Anda tentang apa arti masa jabatan kedua Trump untuk Washington, bisnis, dan dunia.

Berkat Donald Trump dan kolega saya di FT, Robert Armstrong, banyak investor dunia sekarang membicarakan "Taco trade". Robert lah yang menciptakan istilah "Trump always chickens out" (Taco). Polanya adalah presiden AS akan janji untuk naikin tarif besar-besaran pada target pilihannya. Tapi kemudian dia akan kurangi atau tunda tarif itu, sering karena reaksi buruk dari pasar.

Sejauh ini, ini terjadi dengan Kanada dan Meksiko, lalu dengan "tarif balasan" yang dikenakan pada sebagian besar dunia (dan beberapa penguin), lalu dengan tarif 145% ke China. Ancaman naikin tarif ke EU jadi 50% cuma bertahan seminggu. Makanya — Taco.

Istilah Taco dibawa ke perhatian Trump di konferensi pers minggu lalu. Dia tidak senang dan bilang itu "pertanyaan jahat". Mungkin lebih jahat karena benar. Sebenarnya, "Taco" bukan cuma berguna buat investor. Ternyata itu juga kunci untuk analisis kebijakan luar negeri Trump.

Seperti yang ditunjukkan Jeremy Shapiro dari European Council on Foreign Relations, Trump suka keluarkan ancaman menakutkan soal penggunaan kekuatan. Tapi dia jarang betulan lakukan.

Di masa jabatan pertamanya, Trump terkenal ancam Korea Utara dengan "api dan amarah" dan juga mikirin untuk hilangkan Afghanistan "dari muka bumi" dalam 10 hari. Tapi apa yang terjadi? Dia malah negosiasi dengan Korea Utara soal program nuklir mereka. Ketika perundingan gagal, tidak ada "api dan amarah", tapi amnesia. Korea Utara malah percepat program senjatanya dalam 5 tahun terakhir. Trump kayaknya lupa soal itu.

Di Afghanistan, Trump akhirnya setuju tarik pasukan AS tanpa dapat konsesi apa pun dari Taliban — yang bikin Kabul jatuh di masa Biden.

MEMBACA  Medan Perang Tertua Eropa Semakin Aneh dengan Bukti Baru Keterlibatan Pihak Luar

Penggunaan kekuatan paling mencolok di masa Trump adalah pembunuhan Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds Iran, di Januari 2020. Tapi Trump baru setujui serangan drone itu setelah dapat jaminan bahwa risiko balasan Iran rendah.

Dari dua masa jabatannya, Shapiro temukan 22 kali Trump ancam pakai kekuatan — tapi cuma 2 yang betulan dilakukan. Ada 25 penggunaan kekuatan nyata — kebanyakan serangan terbatas ke kelompok teroris seperti ISIS atau al-Qaeda. Tapi cuma 2 yang didahului ancaman presiden.

Shapiro simpulkan: "Trump pakai ancaman dan kekuatan seperti tukang gertak: terlihat kuat, tapi sebenarnya takut pakai kekuatan dalam situasi yang agak seimbang… Kekerasan cuma terjadi pada musuh yang jauh lebih lemah dan tidak bisa melawan."

Menerapkan prinsip Taco ke krisis luar negeri sekarang sangat berguna. Trump ancam akan serang Iran jika negosiasi nuklir gagal. Tapi rekam jejaknya menunjukkan dia mungkin tetap enggan serang Iran apapun hasil negosiasinya.

Dalam urusan Ukraina, Trump mungkin lebih hati-hati dari pemerintahan Biden soal apa pun yang bisa eskalasi dengan Rusia. Meski ada peringatan dari Menteri Pertahanan AS bahwa serangan China ke Taiwan bisa "segera" — Trump juga kayaknya tidak akan ambil risiko perang atas Taiwan, apapun yang China lakukan.

Ada juga pembicaraan di kalangan Trump tentang pakai militer AS untuk kejar kartel narkoba Meksiko. Tapi dia mungkin juga ragu-ragu jika kartel bisa balas serang di wilayah AS.

Yang perlu khawatir adalah negara yang terlihat lemah atau tidak bisa melawan. Greenland mungkin masuk kategori itu — yang artinya Denmark dan EU perlu kasih tahu Trump bahwa akan ada konsekuensi jika dia bertindak di pulau itu.

MEMBACA  Cleveland-Cliffs (CLF) Melonjak 6,8% Setelah Pabrik Baru Senilai $150 Juta Tingkatkan Prospek Produksi

Tentu, Trump bukan satu-satunya yang enggan pakai kekuatan. Joe Biden dan Barack Obama juga sangat hati-hati soal kirim pasukan AS. Seperti Trump, pandangan mereka sebagai presiden dibentuk oleh pengalaman pahit perang Irak dan Afghanistan.

Yang bedakan Trump bukan keengganannya berperang — tapi kontras besar antara retorika "orang kuat" dan kehati-hatiannya di dunia nyata. Presiden sekarang kayaknya balikkan pepatah terkenal Teddy Roosevelt tentang bicara halus dan bawa tongkat besar. Trump lebih suka teriak keras sambil bawa pensil.

Tapi ada satu masalah dengan terlalu berfokus pada prinsip Taco. Sekarang setelah dia sadar, Trump mungkin bakal berusaha tunjukkan bahwa dia emang orang kuat. Sehari setelah pertanyaan "Taco" yang jahat, Trump naikin tarif baja asing AS jadi 50%.

Nggak pernah ide bagus buat ngejek tukang gertak. Negara yang curiga ancaman garang Trump nggak akan berarti apa-apa, mungkin lebih baik simpan pikiran itu untuk diri sendiri.

[email protected]