Ken Griffin, pendiri dan CEO Citadel, ngomongin soal rendahnya tingkat sukses dalam investasi. Dia bilang salah satu hal yang diperlukan untuk kerja di perusahaannya adalah tau cara menghadapi kegagalan.
Dalam diskusi di America Business Forum di Miami minggu lalu, dia bilang jadi pintar memang penting, tapi itu cuma hal dasar aja.
“Yang lo bener-bener butuh adalah orang yang sangat pintar, sangat termotivasi, tapi juga punya kegigihan yang luar biasa,” tambah Griffin.
Dia perkirain pilihan investasi cuma bener sekitar 53-54% dari waktu. Jadi, salah satu kekuatan utama yang harus dimiliki temen-temennya di Citadel adalah ketahanan buat menghadapi kesalahan di sisa waktunya.
Tapi Griffin ngingetin kalo sekolah-sekolah di Amerika nggak ngembangin sifat-sifat itu. Dia tunjukin betapa mudahnya sekarang murid-murid dapet nilai tinggi.
“Salah satu masalah dengan inflasi nilai di AS adalah kita nggak ngajarin orang muda Amerika bagaimana rasanya gagal,” katanya.
Bahkan, laporan dari Harvard bulan lalu (kampus tempat Griffin kuliah) nunjukkin lebih dari 60% nilai yang dapet mahasiswa S1-nya sekarang adalah A. Naik gila dari cuma seperempat nilai dua puluh tahun yang lalu!
Inflasi nilai naik banget di akhir tahun 2010-an, lalu melonjak parah saat pandemi, tapi udah stabil di tahun-tahun akhir ini, kata laporan itu. Kelas lulusan tahun 2025 punya nilai rata-rata 3.83, naik dari 3.64 di tahun 2015.
“Gagal itu hal yang terjadi terus di bisnis,” kata Griffin. “Lo harus bisa membangkitkan diri sendiri. Lo harus melangkah lagi, dan lo harus pindah dari tempat kegagalan itu ke tempat yang lebih baik, ke tempat kesuksesan. Jadi, kita sangat nekanin pada kegigihan dan ketahanan di orang-orang yang kita cari.”
Dia juga bilang penting banget buat pengusaha untuk nggak fokus berlebihan pada hal yang gagal, tapi mencoba mencari tau apa yang dibutuhin untuk sukses.
Griffin juga bilang kalo “Citadel itu seperti olahraga tim,” yang nandain pentingnya kerja sama dengan partner yang kuat.
Sama halnya di Miami, dia bilang nemuin orang yang bisa melengkapi keahlian lo itu kritis buat kesuksesan.
“Gue mikirin waktu awal bikin Citadel. Gue bener-bener kelilingin diri gue sama orang-orang yang beda dari gue, dan itu yang bikin perusahaannya jadi kuat banget,” tambahnya.