Buka Editor’s Digest Gratis
Roula Khalaf, Editor dari FT, memilih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.
Pendiri Huawei bilang AS melebih-lebihkan kemampuan pembuat chip China dan meremehkan teknologi perusahaannya saat pembicaraan dagang antara Beijing dan Washington, termasuk diskusi tentang kontrol ekspor.
Dalam wawancara langka dengan People’s Daily milik pemerintah China pada Selasa, Ren Zhengfei bilang chip Ascend Huawei, pesaing utama produk Nvidia di China, "masih tertinggal satu generasi dari AS." Dia tambahkan, "AS melebih-lebihkan kemampuan Huawei—kami belum sekuat itu."
Komentar Ren muncul saat CEO Nvidia Jensen Huang memperingatkan dalam beberapa minggu terakhir tentang kemajuan Huawei dalam chip AI, bilang pembatasan AS pada penjualan chip ke China telah menciptakan pesaing "kuat" yang bisa ancam dominasi AS di teknologi AI.
AS dan China mulai babak baru pembicaraan dagang di London hari Senin, termasuk diskusi tentang kontrol ekspor AS pada teknologi kunci.
Di babak pertama di Jenewa, AS tidak bahas kontrol ekspor. Tapi, China baru-baru ini batasi ekspor mineral langka untuk industri mobil, yang bisa hentikan produksi di AS, Eropa, dan Jepang, sehingga topik ini masuk ke pembicaraan dagang.
Huawei dapat untung dari larangan AS mengirim chip Nvidia ke China, karena perusahaan tech China beli banyak chip Ascend dan siap pakai teknologi Huawei.
Tapi, mayoritas perusahaan AI China, termasuk DeepSeek, masih pakai chip Nvidia untuk latih model bahasa besar (LLM) yang jadi dasar alat AI. Alternatif domestik makin dipakai untuk tugas lebih sederhana seperti memanggil model untuk hasil respons di alat seperti chatbot.
Analis dan peneliti Huawei sebelumnya keluhkan masalah teknis saat pakai chip mereka untuk latih LLM, seperti susah menyinkronkan chip dan membagi beban komputasi.
Ren memberi tahu Selasa bahwa Huawei sudah buat kemajuan atasi masalah ini. Dia bilang Huawei bisa "kompensasi" kinerja lebih rendah dengan komputasi klaster, yang hubungkan banyak chip untuk tingkatkan daya server AI.
"Dengan klaster dan stacking, hasil komputasi kami sebanding dengan yang terbaik di dunia," katanya.
Server AI CloudMatrix 384 Huawei jadi inti strategi mereka bersaing dengan Nvidia, dengan menggabungkan banyak chip untuk tingkatkan kapasitas bandwidth dan olah lebih banyak data. Server ini hubungkan 384 prosesor AI pakai teknologi optik Huawei.
Beberapa pelanggan Huawei sedang uji server CloudMatrix, kerja sama dengan insinyur perusahaan untuk atasi masalah panas dan berat mesin karena banyak chip bekerja bersamaan, kata seorang sumber terlibat.
Tantangan terbesar Huawei adalah buat "ekosistem" developer yang akan pakai platform mereka untuk bangun model AI, tambah sumber itu. Salah satu keunggulan Nvidia adalah platform software Cuda, yang menurut developer mudah dipakai.
Ren bilang Huawei investasi Rp180 miliar ($25 miliar) per tahun untuk riset dan pengembangan, dengan Rp60 miliar untuk riset dasar yang tak bertujuan buat produk tapi temukan terobosan.
Dia tambahkan China punya keunggulan unik dalam bangun kemampuan teknologi.
"AI butuh listrik melimpah dan infrastruktur jaringan canggih," katanya. "Pembangkit listrik dan jaringan China kelas dunia. Infrastruktur telekomunikasi kami paling maju di dunia."
Laporan tambahan oleh Demetri Sevastopulo di Washington.