Awal tahun 2022, Rusia dan Cina mengatakan persahabatan mereka “tidak ada batasnya.” Ini terjadi sesaat sebelum Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Lebih dari tiga tahun kemudian, hubungan itu terlihat semakin tidak seimbang. Ternyata, hubungan baik itu tidak termasuk diskon yang ramah. Moskow sangat bergantung pada Beijing untuk mengurangi dampak sanksi Barat.
Sebuah laporan terbaru menemukan bahwa harga rata-rata yang dibayar Rusia untuk produk-produk yang disanksi dari Cina melonjak 87% antara 2021 dan 2024. Namun, untuk ekspor dari negara lain, harga barang yang disanksi hanya naik 9% dalam waktu yang sama.
Para peneliti mencontohkan bantalan bola, yang ada dalam daftar barang prioritas Uni Eropa. Meskipun nilai ekspor bantalan bola Cina ke Rusia melonjak 76% dari 2021 hingga 2024, jumlah ekspornya justru turun 13%. Ini menunjukkan bahwa harga per unitnya jadi dua kali lipat. Untuk bantalan rol tirus, harganya hampir empat kali lipat. Kedua produk ini sangat penting untuk industri dan bisa dipakai di sektor senjata Rusia.
China bukan satu-satunya negara yang menaikkan harga untuk Rusia. Laporan itu mengatakan harga ekspor barang Turki yang disanksi ke Rusia juga naik 25–55% dibandingkan ekspor lain. Secara keseluruhan, harga produk yang disanksi 40% lebih tinggi dari produk yang tidak disanksi.
Sebuah catatan terpisah mengatakan total perdagangan bilateral antara Rusia dan Cina turun 9% dalam sembilan bulan pertama tahun 2025, dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal, perdagangan mereka sebelumnya lebih dari dua kali lipat antara 2020 dan 2024.
Sekarang, Cina mengisi 30% dari ekspor barang Rusia dan 50% dari impor Rusia. Sebaliknya, Rusia hanya mengisi 3% dari ekspor barang Cina dan 5% dari impor Cina.
Perusahaan-perusahaan Cina takut kena dampak sanksi Barat terhadap Moskow. Hampir tidak ada tanda-tanda bahwa Cina memperluas rantai pasokannya di Rusia, dan investasi langsung asing masih terbatas.
Secara keseluruhan, hubungan Rusia-Cina itu tidak seimbang dan akan tetap begitu. Cina lebih penting secara ekonomi bagi Rusia daripada sebaliknya. Rusia menginginkan dan membutuhkan lebih banyak dari hubungan ini daripada yang bersedia diberikan Cina.
Laporan-laporan ini muncul saat ada tanda-tanda bahwa Kremlin mengajukan kesepakatan bisnis dengan AS sebagai bagian dari perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina dan mencabut sanksi.
Sementara itu, ekonomi Rusia masa perang mulai mengalami kesulitan. Hambatan produksi, kekurangan tenaga kerja, pengeluaran pemerintah yang ketat, dan kurangnya teknologi Barat semakin menimbulkan tekanan.