Goldman Sachs Tetap Pertahankan Analisis Bahwa Warga AS Menanggung Beban Tarif Trump
Goldman Sachs tetap bersikukuh dengan analisisnya bahwa warga Amerika—bukan eksportir asing atau pemerintah luar negeri—yang paling banyak menanggung biaya tarif Presiden Donald Trump. Bank raksasa Wall Street ini mempertegas riset ekonom utamanya, Jan Hatzius, setelah data inflasi menunjukkan kenaikan harga konsumen dan kritik dari Gedung Putih makin keras.
Laporan terbaru Goldman yang dirilis Minggu lalu menyatakan meskipun bisnis AS sejauh ini menanggung sebagian besar dampak finansial tarif, porsi yang dibayar warga biasa akan naik tajam. Hatzius menghitung, hingga Juni, konsumen menyerap 22% dari total biaya tarif, dan angka ini diprediksi melonjak jadi 67% pada Oktober jika pola tarif Trump terus berlanjut. Beban perusahaan akan turun dari 64% ke 8%, sementara pemasok asing hanya naik sedikit dari 14% ke 25%.
Menanggapi laporan itu, Trump marah besar pada Selasa, menyerang CEO Goldman David Solomon dan—tanpa menyebut nama—Hatzius.
"Kami tetap percaya pada hasil studi ini," kata ekonom Goldman David Mericle ke CNBC. "Jika tarif terbaru, seperti tarif April, mengikuti pola yang sama seperti tarif Februari, maka kami perkirakan konsumen akan menanggung dua pertiga biaya pada musim gugur."
Ekonom Goldman memprediksi inflasi PCE inti akan naik jadi 3,2% akhir tahun jika tarif tetap berlaku, dengan 0,7 poin akibat langsung dari kebijakan tarif—jauh di atas tren inflasi biasa sebesar 2,4%.
Penolakan dan Serangan Pribadi Trump
Trump membantah temuan Goldman lewat berbagai postingan, wawancara, dan pernyataan publik. Dia bersikeras bahwa "triliunan dolar masuk dari tarif," dan klaim bahwa perusahaan dan pemerintah asing—bukan rumah tangga AS—yang bayar sebagian besar biayanya. Pada Selasa, Trump menuduh Goldman sering salah prediksi soal dampak pasar dan tarif.
"David Solomon dan Goldman Sachs enggak mau ngakuin keberhasilan kami," tulis Trump di Truth Social. "Dari dulu mereka salah prediksi, baik soal pasar maupun tarif, dan sekarang mereka salah lagi."
Analis mengatakan serangan Trump ke tokoh Wall Street dan desakannya agar Fed turunkan suku bunga adalah strategi untuk melemahkan kritik dan mempertahankan narasi pro-tarif—meski bukti menunjukkan harga konsumen terus naik.
Para ahli keuangan memperingatkan bahwa mengabaikan efek tarif pada konsumen bisa bikin debat inflasi jadi kacau, apalagi Fed dan investor sedang menilai risiko jangka panjang.
Meski penasihat Trump dan beberapa pejabatnya bilang tidak ada bukti kuat tarif sebabkan inflasi, analis selain Goldman—termasuk dari Morgan Stanley—mengatakan beban sebenarnya akan makin terlihat saat tarif baru semakin mempengaruhi rantai pasok dan struktur harga.
Fortune menggunakan AI generatif untuk membantu draft awal artikel ini. Editor memverifikasi keakuratan informasi sebelum publikasi.
Perkenalkan Fortune Global 500 2025, daftar perusahaan terbesar di dunia. Lihat daftar tahun ini.