Kylan Darnell jadi selebriti dadakan di TikTok karena mendokumentasikan proses rekrutmen sororitas yang mewah dan penuh ritual. Empat tahun kemudian, di usianya yang ke-21 sebagai mahasiswa tingkat akhir, dia lebih memilih menjalani kehidupan sororitasnya di luar dunia online.
Darnell sebelumnya jadi wajah RushTok, maraton seminggu di mana remaja di seluruh AS dengan detail mencatat usaha mereka untuk dapat tempat di sororitas lewat proses rekrutmen warna-warni dan misterius bernama “rush week”.
Tapi, reaksi negatif terhadap kontennya yang dulu bikin dia terkenal—tentang hidupnya sebagai anggota Zeta Tau Alpha di University of Alabama—sampai memengaruhi kesehatan mentalnya.
“Tahun ini level kebenciannya beda banget,” kata Darnell.
Banyak sororitas sekarang melarang calon anggota bicara ke media atau posting di media sosial saat rush week di Alabama, tempat hampir 13.000 siswa ikut kehidupan Greek terbesar di AS. Alasannya, untuk melindungi mereka dari pelecehan.
### Tradisi Berabad-abad
Rush week biasanya acara 10 hari di mana calon anggota mencoba berbagai sororitas lewat serangkaian aktivitas dengan dress code dan etiket ketat. Sebelumnya, banyak yang kirim “resume sosial” dan surat rekomendasi dari alumni.
Biayanya juga fantastis.
Setelah habiskan puluhan ribu dolar untuk baju, makeup, dan tiket pesawat, 2.600 peserta minggu ini bayar $550 hanya untuk ikut—uangnya tidak kembali kalau mereka tidak diterima. Kalau diterima, biaya hidup di rumah sororitas rata-rata $8.400 per semester, atau $4.100 jika tinggal di luar, menurut Alabama Panhellenic Association.
Tekanannya begitu tinggi sampai ada konsultan khusus yang membantu para calon memahami kriteria misterius masuk sororitas. Beberapa tarifnya sampai $10.000 untuk layanan yang bisa dimulai sejak SMA.
Banyak acara saat rush bersifat “undangan saja”. Kapan saja, calon bisa dapat telepon mengecewakan bahwa sororitas tidak lagi tertarik padanya. Pilihan akhirnya diumumkan di “bid day”.
Morgan Cadenhead, 20 tahun, dulu viral di RushTok meski ditolak sororitas. Penghasilan media sosialnya hampir nutup biaya kuliah. Tapi dia dapat kritik pedas setelah mengkritik kehidupan Greek. Sekarang, mahasiswa marketing ini cari pekerjaan offline.
### Demam TikTok
Ketertarikan pada rush week bangkit lagi setelah pandemi, saat rekrutmen kembali dilakukan secara tatap muka.
Media sosial dibanjiri video “outfit of the day” dan “get ready with me” yang memperlihatkan anggota dan calon sororitas dengan pakaian mahal atau belanjaan Amazon—semua tampak sempurna.
Kehidupan Greek di Alabama pernah jadi sorotan ketika sororitas yang biasanya didominasi kulit putih mulai menerima anggota kulit hitam pertamanya pada 2013. Setelah protes atas tuduhan diskriminasi rasial, universitas setuju dengan Departemen Kehakiman AS pada 2016 untuk mendorong keragaman. Sekarang, mahasiswa kulit hitam di luar sororitas dan fraternitas tradisional kulit hitam hanya 2% dari total keanggotaan Greek.
Menurut Lorie Stefaneli, konsultan dari New York yang rutin ke Tuscaloosa setiap rush week, sororitas makin populer di AS Selatan berkat buku, dokumenter kontroversial, dan acara TV realitas tentang rush.
Stefaneli melatih calon dari seluruh AS, dan sepertiga kliennya kuliah di Alabama. Banyak yang tertarik karena gambaran persahabatan erat di sororitas, yang bikin mereka merasa diterima.
“Itu alasan banyak yang mau ke Alabama—karena lihat di TikTok,” ujarnya.
### Dilarang Posting
Bagi yang punya banyak follower, RushTok bisa jadi sumber uang dari iklan dan kerja sama merek. Postingan Darnell bahkan bisa nutup biaya kuliahnya $58.000 per tahun sebagai mahasiswa luar negara bagian.
Tapi rush week juga “rollercoaster emosi”, terutama bagi yang merasa harus memamerkan diri ke jutaan orang, kata Stefaneli. Dia sering dapat telepon tengah malam saat rush week.
“Aku kayak terapis, harus tenangkan mereka,” katanya.
Banyak mahasiswa baru mengaku dilarang keras bicara ke media atau bahkan posting tentang rush week di Alabama. Darnell bilang, sororitas elit “Old Row” bakal langsung menolak calon yang melanggar.
“Sekarang banyak yang datang ke universitas cuma buat jadi influencer,” kata Darnell. “Itu ganggu ikatan persaudaraan.”
Tapi beberapa mahasiswa baru—termasuk adik Darnell, Izzy (19 tahun), yang punya banyak follower—tetap posting demi konten yang bisa dapat jutaan tayangan dalam hitungan hari.
Izzy—yang tutup mulut soal pilihan sororitasnya—mengaku belajar dari kakaknya cara hadapi kritik dan bisnis predator. Tapi dia khawatir dengan dampak ketenaran dan uang pada perempuan lain.
“Aku takut lihat apa yang bakal dilakukan beberapa cewek hanya karena mereka merasa harus,” ujar Izzy.