Selama beberapa minggu, pelanggan Ōura Ring sudah posting di media sosial. Mereka minta orang-orang untuk berhenti pakai alat kesehatan itu. Ini karena mereka khawatir dengan hubungan perusahaan dengan Palantir dan Departemen Pertahanan AS.
Tapi, CEO Ōura, Tom Hale, bilang data pelanggan aman. Dia katakan rumor-rumor itu sangat berlebihan.
Memang Departemen Pertahanan adalah pelanggan bisnis terbesarnya, tapi Hale bilang mereka tidak bisa akses data pelanggan. Soal hubungan dengan Palantir, Hale bilang sistem mereka tidak terhubung. Mereka cuma punya hubungan bisnis kecil saja.
“Kami tidak akan pernah jual data Anda ke siapapun,” kata Hale.
Hale juga bilang, Ōura punya fitur baru yang izinkan pengguna hapus data mereka sendiri. Ini untuk menjawab kekhawatiran privasi, terutama dari perempuan yang lacak siklus haidnya.
Ōura juga harus ikut aturan HIPPA yang lindungi privasi data medis. Tapi, pemerintah federal masih bisa minta akses data untuk alasan hukum atau kesehatan. Ini bikin banyak perempuan khawatir sejak putusan Roe v. Wade dibatalkan.
Kontroversi ini mulai dari siaran pers Ōura pada 27 Agustus. Mereka umumkan bangun pabrik di Texas untuk dukung Departemen Pertahanan. Di siaran pers itu, mereka sebut soal kerja sama dengan platform FedStart milik Palantir untuk “analisis risiko dan kesiapan tingkat populasi.”
Kata-kata “tingkat populasi” itu bikin banyak pengguna TikTok marah. Mereka menuduh perusahaan memberikan data pelanggan ke pemerintah.
Banyak orang tidak suka Palantir karena perusahaan itu juga kerja sama dengan ICE (badan imigrasi AS) untuk membantu deportasi.
Sebenarnya, FedStart adalah layanan software untuk bantu perusahaan dapat izin agar bisa kerja dengan pemerintah federal. Ini hampir tidak ada hubungannya dengan bisnis konsumer Ōura.
CEO Ōura menekankan bahwa itu satu-satunya hubungan mereka dengan Palantir.