Bagian 1:
Buat banyak siswa SMA, ingatan ngerjain tes ACT atau SAT mungkin terasa seperti mimpi aneh: Bangun subuh hari Sabtu, pergi ke sekolah lokal, dan duduk di ruangan penuh orang asing—hanya bawa pensil nomor 2 sama buku soal untuk difokusin selama 3 jam (atau belakangan ini, layar komputer).
Meski waktu itu terasa buang-buang waktu yang bisa dipake buat tidur atau nongkrong sama temen, sebenarnya tes ini udah buka jalan buat jutaan siswa buat masuk sekolah impian mereka. Kalo lo pernah ikut tes ACT dalam 35 tahun terakhir, mungkin lo harus berterima kasih sama Janet Godwin.
Mungkin lo gak pernah dengar nama dia—orang Gen X dari Midwest—tapi dia udah dedikasikan kariernya di dunia pendidikan. Mulai kerja di ACT tahun 1990 nulis soal tes, Godwin akhirnya jadi CEO tahun 2020 dan gabung di grup eksklusif pemimpin kaya Mary Barra (General Motors), Doug McMillon (Walmart), sama Elliott Hill (Nike) yang naik jabatan bertahap di perusahaan yang sama.
"Awalnya kupikir cuma bakal kerja di sini 2 tahun, eh taunya udah 35 tahun," katanya ke Fortune. Meski orang yang suka ganti-ganti kerja mungkin anggap jalannya terlalu nyaman, Godwin malah ngeliatnya sebagai langkah cerdas.
Bagian 2:
Gen Z suka ganti kerja—tapi bisa rugi sendiri
Dulu, karyawan biasanya setia di satu perusahaan dan naik jabatan perlahan. Tapi sekarang, karena biaya hidup naik dan gaji susah naik, Gen Z lebih milih ganti kerja—56% merasa wajar pindah tiap 2-3 tahun.
Tapi ini bisa bahaya.
Bos Godwin pernah bilang: "Kalo lo sibuk mikirin apa yang bakal lo lakuin selanjutnya, pasti lo gak fokus sama yang lo kerjain sekarang."
"Lo harus pastiin kerjaan sekarang beres dulu," Godwin ingat. "Lo harus belajar dan berkembang di posisi sekarang sebelum ngincer yang lain."
Sekarang, di umur 59 tahun, dia setuju sama nasihat itu.
"Ada benarnya juga buat matang dulu di tempat lo sekarang, bukan cuma ngelamunin naik jabatan terus," katanya. "Soalnya mungkin lo belum punya skill yang cukup buat tanggung jawab lebih besar."
Pesan ini juga diulang CEO lain. Sarah Walker (Cisco UK) bilang anak muda jangan berharap naik gaji atau jabatan tiap tahun: "Lo harus sabar di prosesnya."
Doug McMillon (Walmart) nambahin: "Kerjaan lo sekarang jangan disepelekan. Lo gak bakal dapet kerjaan baru kalo yang sekarang aja gak beres."
Bagian 3:
Manfaatnya naik jabatan perlahan
Godwin awalnya gak tau mau ngapain setelah lulus S1 dan S2 bahasa Inggris. Dia pengen jadi novelis, tapi akhirnya pilih nulis soal tes biar bisa cari uang.
Meski gak rencanain buat lama di ACT, dia bilang rasa penasaran sama tantangan baru lebih berguna daripada cuma mikirin "karir ideal" sejak muda.
"Jangan takut belajar hal baru, dan jangan terlalu kaku sama rencana lo," katanya. "Kalo lo pikir lo tau bakal jadi apa dalam 10 tahun, mungkin lo salah."
Di ACT, Godwin ganti peran tiap 2-3 tahun—sampe akhirnya dia bisa pegang banyak divisi. Pengalaman ini ngebantu waktu dia jadi CEO pas masa sulit: pandemi COVID-19, saat pusat tes tutup dan ujian online belum siap.
Tapi setelah tahun-tahun nulis soal buat siswa, dia sadar bahwa bertanya justru kunci hadapi tantangan.
"Kalo lo pikir lo tau segalanya, salah besar. Salah satu skill pemimpin terbaik itu berani minta tolong dan ngaku kalo gak tau," Godwin bilang. "Aku punya gelar CEO, tapi pasti aja gak tau semuanya."