Biaya Pengasuhan Anak yang Terlalu Tinggi Memaksa Keluarga Mengorbankan Penghasilan, Tabungan, dan Karier

Biaya penitipan anak sekarang sangat mahal, sampai-sampai banyak keluarga yang sudah menyerah mencari yang terjangkau. Akhirnya, mereka merawat anaknya sendiri di rumah. Tapi, ini membuat mereka harus melakukan banyak pengorbanan secara finansial dan pribadi.

Meskipun harga-harga barang lainnya sudah turun sejak tahun 2022, biaya penitipan anak tidak ikut turun. Malah naik 5.2% pada bulan September. Kenaikan ini lebih tinggi dari tingkat inflasi biasa.

Mungkin karena itu, semakin sedikit keluarga yang bayar untuk penitipan anak. Data dari Bank of America menunjukkan jumlah rumah tangga yang bayar setiap bulan turun 1.6%. Tapi, jumlah uang yang mereka bayarkan justru naik 3.6%.

Sekarang, biaya penitipan untuk satu anak seringkali lebih mahal dari biaya sewa rumah untuk satu bulan bagi banyak keluarga.

Keadaan bisa jadi lebih buruk karena pemerintahan yang berjalan bisa mengancam program ‘Head Start’ untuk keluarga berpenghasilan rendah.

Dan bagi keluarga yang kurang mampu, gaji mereka tidak naik secepat kenaikan biaya. Ini memaksa mereka berhenti membeli barang-barang lain. Kartu kredit dan debit mereka menunjukkan pengeluaran yang datar, tidak seperti keluarga kaya dan menengah.

Karena biaya naik dan gaji tidak, banyak keluarga harus buat pilihan sulit. Misalnya, orang tua yang bayar penitipan anak harus pakai hampir sepertiga dari tabungan mereka hanya untuk biaya itu. Pilihan lain adalah mengurangi jam kerja untuk merawat anak sendiri.

"Karena biaya yang terus naik, banyak keluarga bingung antara menghabiskan gaji besar untuk penitipan, cari opsi yang lebih murah (tapi kualitasnya rendah), mengurangi jam kerja, atau berhenti kerja sama sekali untuk jadi pengasuh penuh waktu," kata Bank of America.

Beban ini terutama berat bagi para wanita. Tingkat partisipasi wanita di dunia kerja terus menurun, sedangkan untuk pria justru naik. Untuk pertama kalinya sejak 2021, jumlah wanita yang bilang keluarganya adalah alasan mereka tidak bekerja juga mulai naik lagi.

MEMBACA  Irjen Karyoto Terang-terangan: Ada 330 TPS Rawan dan 6 Sangat Rawan, di Mana Saja?

"Kurangnya infrastruktur penitipan anak yang baik mungkin akan terus menghalangi para ibu untuk mencapai potensi penuh mereka di dunia kerja," kata Departemen Tenaga Kerja.

Krisis ini juga sebabkan kesenjangan gender dalam pekerjaan remote atau dari rumah. Ibu dengan anak kecil adalah kelompok yang paling banyak bekerja sepenuhnya dari rumah.

Penelitian dari Upwork juga menemukan bahwa 63% pemimpin perusahaan yang mewajibkan karyawan kembali ke kantor bilang kebijakan itu membuat lebih banyak wanita yang memilih berhenti.

Selain beban finansial, beban emosionalnya juga sangat berat. Survei dari Care.com di awal tahun ini menemukan hampir sepertiga orang tua pernah memikirkan bunuh diri atau melukai diri sendiri karena stresnya merawat anak.

"Tingkat stres dan beban mental orang tua saat ini sudah mencapai tingkat yang tidak bisa diterima, dan menimbulkan hasil yang berbahaya," kata CEO Care.com Brad Wilson. "Kita, sebagai masyarakat, tidak bisa hanya diam saja sementara orang tua menghadapi pengurasan waktu, uang, dan energi mereka setiap hari untuk merawat orang yang paling bergantung pada mereka."