Berkenalan dengan Ralph Lee Abraham, Wakil Komandan Baru CDC yang Percaya Undang-Undang Perawatan Terjangkau Harus Dicabut dan Sebut Vaksin ‘Berbahaya’

Pemerintah Amerika Serikat baru saja menempatkan pejabat kesehatan kontroversial di posisi nomor dua di CDC, badan penting untuk pencegahan penyakit.

Dr. Ralph Lee Abraham, yang sebelumnya menjabat sebagai surgeon general (kepala dinas kesehatan) di Louisiana, sekarang menjadi Principal Deputy Director di CDC. Penunjukan ini tidak diumumkan secara resmi ke publik, tetapi pertama kali ditemukan oleh Dr. Jeremy Faust dari Inside Medicine.

Abraham dikenal karena kebijakannya yang menghentikan promosi vaksin di Louisiana dan menunda peringatan tentang wabah batuk rejan (pertusis) yang menewaskan dua bayi. Pilihannya ini sejalan dengan pandangan Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr., yang juga skeptis terhadap vaksin.

Selama karirnya, Abraham mempromosikan pengobatan COVID-19 seperti ivermectin yang sudah terbukti tidak efektif. Dia juga menyatakan bahwa vaksin COVID-19 itu “berbahaya” dan mengaku melihat cedera vaksin setiap hari dalam praktiknya, klaim yang bertentangan dengan banyak penelitian.

Dr. Nirav Shah, mantan pejabat CDC, menyatakan Abraham “tidak memenuhi syarat” untuk posisi ini dan mengkritik keras penundaan respons terhadap wabah batuk rejan. Latar belakang Abraham juga dipertanyakan karena tidak ada bukti dia memiliki sertifikasi dewan khusus untuk dokter keluarga.

Penunjukan Abraham dianggap sangat signifikan karena CDC saat ini tidak memiliki direktur tetap. Sebagai Principal Deputy Director, Abraham bisa menjabat tanpa batas waktu tanpa konfirmasi dari Senat, memberikan pengaruh besar kepada pemerintahan saat ini dalam kebijakan vaksin nasional.

MEMBACA  Google memiliki cara baru untuk menemukan penerbangan liburan termurah. Bagaimana Saya Menemukan Harga Tiket Pesawat Terbaik