JPMorgan ungkap 9 saham dengan masalah besar pertama muncul di TheStreet.
Gampang banget terbawa suasana saat harga saham naik, apalagi kalo S&P 500 terus naik dan saham teknologi terasa segar lagi.
Tapi, di tengah kenaikan pasar, selalu ada titik lemah.
💵💰Jangan ketinggalan: Langganan newsletter harian gratis TheStreet💰💵
Perusahaan-perusahaan ini keliatannya bagus di luar, tapi gak semerah yang diberitakan.
Investor pintar gak cuma ikut tren, tapi juga awasin tanda bahaya. Beberapa saham mungkin masih naik, tapi yang lain mulai memperlihatkan masalah, meski pasar secara keseluruhan kuat.
Dan ketika salah satu perusahaan top di Wall Street merhatiin saham yang menurut mereka bakal turun? Nah, saat itulah kita harus dengerin.
JPMorgan tunjukkan retakan di beberapa saham terkenal meski pasar sedang naik. Sumber gambar: Triballeau/AFP via Getty Images.
Pasar udah bangun momentum kuat musim semi ini.
Terkait: Pendiri Google Brain punya pesan satu kata yang tak terduga tentang AI
Hingga akhir Juni, S&P 500 naik hampir 11% di kuartal kedua, dengan kenaikan lebih dari 5.5% sejak awal tahun.
Itu artinya naik 13% dalam 12 bulan terakhir.
Kenaikan musim semi bantu indeks naik lebih dari 25% dari titik terendah April. Berita potensi pemotongan suku bunga Fed dan tenangnya pembicaraan tarif dorong S&P ke rekor baru.
Tapi sekarang efek sampingnya datang.
Beberapa nama besar, termasuk Michael Hartnett dari Bank of America, mulai kasih sinyal bahaya.
Dia bilang pasar saham hampir masuk zona overbought, yang susah diabaikan investor.
Dan mereka gak mengabaikannya.
Investor mulai pisahkan mana yang bagus dan gak, lihat kualitas laba, kekuatan neraca, dan valuasi yang realistis.
Ini karena mereka percaya gak semua saham ikut naik bareng.
Contohnya Intel, yang masih pulih setelah turun hampir 30% dalam 12 bulan terakhir.
Analis Morningstar bilang saham AS sekarang diperdagangkan di harga sedikit di atas nilai wajar.
Khususnya saham growth harganya udah mahal. Saham small-cap mungkin masih murah, tapi perlu sabar. Mereka belum ikut kenaikan pasar.
Di sinilah short selling mulai masuk. Bertaruh melawan saham yang terlalu hype bukan cuma berani, tapi juga bisa jadi pintar.
Artinya jual tinggi, beli rendah (kalo bener).
Berita Saham Teknologi Lainnya:
Tapi kalo salah, kerugiannya bisa gak berbatas. Short selling yang gagal bisa bikin kena margin call, rugi, dan penyesalan. Makanya, timing dan disiplin itu penting.
Cerita Berlanjut
JPMorgan gak ikut-ikutan euforia pasar.
Terkait: Raksasa Wall Street bagi pesan tegas soal Magnificent 7 di S&P 500
Sementara S&P dan Nasdaq mengesankan, bank ini baru keluarin daftar 9 saham yang menurut mereka lebih baik di-short di paruh kedua 2025.
Kita gak bicara saham biasa, karena Tesla (TSLA), Moderna (MRNA), dan Whirlpool (WHR) masuk daftar ini.
Pilihan sahamnya mencakup berbagai sektor, dari teknologi hingga kesehatan hingga makanan, tunjukkan seberapa luas risiko yang diwaspadai.
Daftar ini juga mencerminkan sikap hati-hati JPMorgan di pasar saham, meski baru capai rekor tertinggi.
Analis JPMorgan merasa ketidakpastian kebijakan dan kekhawatiran laba masih ada, dan ide short mereka fokus ke saham paling rentan.
Tesla udah turun lebih dari 20% tahun ini, tapi JPMorgan rasa bakal terus turun.
Sahamnya masih diperdagangkan di premium tinggi dibanding Magnificent Seven, meski laba diperkirakan turun tiga tahun berturut-turut.
Analis tunjuk margin yang menyusut dan subsidi EV yang berkurang sebagai tanda bahaya.
Ada juga ketidakpastian soal rencana robotaxi Tesla, yang dikritik karena masalah keamanan.
Moderna sempat naik 20% belakangan, tapi JPMorgan gak tertipu.
Sahamnya masih turun 19% sejak awal tahun, dan perusahaan ini gak lihat ada pemulihan berkelanjutan.
Analis sorot kendala regulasi, pemborosan uang, dan kurangnya pendorong pertumbuhan jangka pendek. Tanpa katalis baru atau kejutan laba, Moderna tetap di daftar “hindari”.
Whirlpool udah naik 38% sejak Juni, tapi JPMorgan bilang harganya udah terlalu jauh dari fundamental.
Analis Michael Rehaut catat sahamnya sekarang diperdagangkan 15% di atas kisaran valuasi historis.
Meski Whirlpool bisa untung dari isu tarif karena pabriknya di AS, analis tetap skeptis.
Valuasi tinggi dan risiko sektor jadi alasan saham lain masuk daftar
Shake Shack juga masuk daftar dengan valuasi super tinggi, 467 kali laba.
JPMorgan lihat valuasi sebagai risiko besar di sini.
Cerita serupa dengan Mobileye, Intel, Bumble, Comerica, dan Rivian, semua dapat rating Underweight karena masalah sektoral.
Secara keseluruhan, pilihan short terbaru JPMorgan jadi pengingat realita.
Meski pasar secara umum kuat, JPMorgan bilang risiko saham-saham ini lebih besar daripada potensi keuntungannya.
Terkait: Bank of America keluarkan prediksi mengejutkan soal saham Super Micro
JPMorgan ungkap 9 saham dengan masalah besar pertama muncul di TheStreet pada 14 Juli 2025.
Cerita ini awalnya dilaporkan oleh TheStreet pada 14 Juli 2025.