Minggu, 7 Desember 2025 – 16:32 WIB
Jakarta, VIVA – Data dari Kementerian Agama di bulan Juni 2025 menunjukkan ada jutaan jemaah haji dan umrah setiap tahunnya. Khusus untuk haji, di tahun 2025 tercatat lebih dari 22 persen jemaah atau sekitar 44 ribu orang masuk kategori lanjut usia. Kebanyakan jemaah haji punya riwayat penyakit penyerta (komorbid), dan di 2025 ini terjadi peningkatan jumlah jemaah yang memiliki sepuluh komorbid terbanyak.
Baca Juga :
Pergi Umrah saat Bencana, Bupati Aceh Selatan Pulang Besok dan Langsung Diperiksa Kemendagri
Ketua Umum Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI), Dr. Syarief Hasan Lutfie, mengungkapkan bahwa potensi penularan penyakit meningokokus mengintai para jamaah haji dan umrah. Penularannya dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, kontak erat, polusi udara, dan kelelahan fisik. Scroll untuk info lebih lanjut, yuk!
“Risikonya makin tinggi karena jutaan jemaah dari ratusan negara berkumpul di Tanah Suci untuk menunaikan ibadah. Termasuk jemaah dari wilayah sub-sahara Afrika yang termasuk kawasan ‘meningitis belt’,” jelas dr. Syarief dalam acara peluncuran Vaksin Meningitis Konjugat dari Kalventis, yang diadakan oleh Kalbe di Jakarta belum lama ini.
Baca Juga :
Pendaftaran Seleksi Petugas Haji 2026 Dibuka, Berikut Formasi dan Syaratnya
Selain menjaga asupan gizi yang seimbang, jemaah haji dan umrah harus menjaga kesehatan. Salah satu cara efektif adalah dengan vaksinasi meningitis konjugat, paling lambat 10 hari sebelum berangkat, di fasilitas kesehatan yang berwenang menerbitkan e-ICV (sertifikat vaksinasi internasional elektronik).
“Vaksin ini diwajibkan oleh Kementerian Kesehatan Arab Saudi untuk mencegah penularan, kematian, hingga Kejadian Luar Biasa (KLB). Manfaat vaksinasi terbukti berhasil menekan angka kejadian penyakit meningokokus invasif, yang terakhir terjadi pada musim haji tahun 2001,” lanjut dr. Syarief.
Baca Juga :
Bima Arya Utus Inspektur Khusus Selidiki Bupati Aceh Pergi Umrah saat Bencana
Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, dr. Suzy Maria, menambahkan, penyakit yang dikenal sebagai *invasive meningococcal disease* (IMD) ini disebabkan oleh infeksi bakteri *Neisseriae meningitidis*.
“Penularannya bisa melalui *droplet* saat batuk atau bersin, dan kontak erat dengan orang yang terinfeksi. Penyakit ini berbahaya karena bisa menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 24 jam. Bahkan jika sembuh, bisa ada gejala sisa seperti hilangnya pendengaran, kejang, atau perlu amputasi,” ungkapnya.
Halaman Selanjutnya
Umumnya, gejala penyakit meningokokus invasif adalah demam tinggi, sakit kepala, dan kaku pada leher.