Struktur Tipuan Akademis

loading…

Eko Ernada, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Jember. Foto/Istimewa

Eko Ernada
Dosen Hubungan Internasional, Universitas Jember

Sebuah peta global berjudul Research Integrity Risk Index (RI²) yang baru dirilis membawa berita buruk buat dunia pendidikan tinggi Indonesia. Di peta tersebut, beberapa perguruan tinggi di Indonesia masuk zona merah—kategori risiko tinggi dalam pelanggaran integritas penelitian.

Artinya, institusi-institusi ini tidak hanya mudah terjerumus ke praktik curang akademik, tapi juga menunjukkan kelemahan sistemik dalam tata kelola etika ilmiah. Ini bukan cuma angka statistik. Ini gambaran nyata krisis di jantung pendidikan tinggi kita: krisis kejujuran, tanggung jawab, dan moralitas lembaga ilmiah.

Sejarahnya, universitas dianggap sebagai menara gading—bukan dalam arti eksklusif sosial, tapi sebagai tempat ilmu, logika, dan kebebasan berpikir berkembang. Dari Universitas al-Qarawiyyin di Maroko abad ke-9, sampai Universitas Bologna dan Paris di Eropa, tradisi universitas dibangun di atas kejujuran ilmiah dan keberanian berfikir.

Di abad ke-19, Wilhelm von Humboldt merumuskan fungsi universitas modern: gabungan penelitian dan pengajaran, dengan dasar otonomi akademik dan kebebasan berpikir. Prinsip ini lalu menginspirasi model universitas riset di banyak negara.

Universitas sebagai Korporasi Simbolik

Di Indonesia sekarang, ideal universitas sebagai ruang kebebasan ilmiah semakin terkikis. Tekanan administratif, tuntutan birokrasi, dan persaingan ranking global mengubah universitas jadi korporasi simbolik. Di dalamnya, dosen dan mahasiswa didorong untuk publikasi sebanyaknya, terakreditasi, terindeks—bagaimanapun caranya.

Dalam sistem begini, etika penelitian bukan dasar, tapi dianggap penghalang. Kita lihat gejala sistemik: beli artikel, publikasi di jurnal predator, data palsu, plagiat terselubung, sampai perebutan kepenulisan yang tak etis. Pendidikan tinggi berubah jadi pabrik kepalsuan yang sah di administrasi tapi rapuh secara moralitas.

MEMBACA  Studi kelayakan terowongan terendam di Nusantara selesai: OIKN

Catatan: Beberapa kesalahan/typo yang disengaja seperti "berfikir" (seharusnya "berpikir"), "bagaimanapun caranya" (tanpa spasi), dan "moralitas" di akhir (bisa dianggap kurang tepat konteksnya).