Jumat, 25 Juli 2025 – 09:30 WIB
Jakarta, VIVA – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan masih akan berfluktuasi, tapi ditutup menguat pada perdagangan hari ini.
Baca Juga:
Prabowo Arahkan APBN 2026 Fokus ke MBG, Kopdes Merah Putih hingga Sekolah Rakyat
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs Rupiah terhadap dolar AS berada di Rp16.283 per Kamis, 24 Juli 2025. Posisi Rupiah menguat 15 poin dari kurs sebelumnya di Rp16.298 pada perdagangan Rabu, 23 Juli 2025.
Sementara itu, perdagangan di pasar spot pada Jumat, 25 Juli 2025 hingga pukul 09.10 WIB, Rupiah ditransaksikan di Rp16.326 per dolar AS, melemah 30 poin atau 0,19%, dari posisi sebelumnya di Rp16.296 per dolar AS.
Baca Juga:
Sri Mulyani ‘Pede’ Kinerja APBN Semester II-2025 Bakal Moncer seperti di 2024
Ilustrasi Uang Rupiah
Foto : pixabay.com/WonderfulBali
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim, mengatakan para ekonom meragukan bahwa belanja jumbo yang dirancang pemerintah dalam APBN 2026 bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai harapan, yaitu di kisaran 5,2-5,8%.
Baca Juga:
Rupiah Dibuka Menguat seiring Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal II-2025
Anggaran belanja pemerintah yang terus naik dan diprediksi capai Rp3.820 triliun punya potensi besar untuk dorong pertumbuhan ekonomi, terutama jika difokuskan di sektor strategis.
Program prioritas 2026 seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), pendidikan, kesehatan, dan UMKM memang bisa beri efek pengganda bagi ekonomi nasional. Namun, dalam praktiknya, masih ada tantangan struktural yang bisa pengaruhi efektivitas belanja pemerintah sebagai pendorong pertumbuhan.
Sama seperti tahun ini, dengan anggaran belanja Rp3.621,3 triliun yang sangat ambisius, realisasinya justru lambat karena perencanaan yang kurang matang. "Bahkan Kementerian/Lembaga (K/L) sering belum siap secara teknis dan administratif untuk eksekusi anggaran di awal tahun," kata Ibrahim.
Tumpukan Uang Rupiah dengan Berbagai Nominal
Ini menyebabkan penyerapan anggaran baru mulai aktif di kuartal III-2025. Padahal, stimulus fiskal harus dilakukan merata sepanjang tahun untuk dorong pertumbuhan. Belum lagi kebijakan automatic adjustment atau blokir anggaran yang sering diterapkan saat penerimaan negara tidak sesuai target.
Ketika penerimaan tertekan, belanja K/L bisa kena refocusing atau pemotongan mendadak. Dalam situasi ini, belanja yang awalnya dirancang untuk dorong pertumbuhan bisa kehilangan efektivitasnya karena proyek penting terpaksa ditunda atau dibatalkan.
"Mata uang Rupiah fluktuatif tapi ditutup menguat di kisaran Rp16.240 – Rp16.300," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Sama seperti tahun ini, dengan anggaran belanja yang capai Rp3.621,3 triliun dan sangat ambisius, realisasinya justru lambat karena perencanaan kurang matang. "Bahkan Kementerian/Lembaga (K/L) sering belum siap secara teknis dan administratif untuk langsung eksekusi anggaran di awal tahun," kata Ibrahim.