Rahasia Sukses Bisnis Buku Cetak di Tengah Dominasi Era Digital

Kamis, 5 Juni 2025 – 23:35 WIB

Jakarta, VIVA – Di tengah pesatnya digitalisasi, informasi datang dalam bentuk video pendek, swipe cepat, dan algoritma pribadi, tapi bisnis buku cetak tetap eksis.

Baca Juga:
Akselerasi Ekosistem Digital, Bank Mandiri Perkuat Sinergi Layanan Wholesale melalui Kopra by Mandiri

Produk ini mungkin tak bersinar terang di layar gadget, tapi apinya tak pernah benar-benar mati di hati pembaca.

Yogia Sembiring Meliala sudah lihat peluang itu dari dulu. Pendiri CV Yrama Widya ini tidak ikut tren saat membangun bisnisnya. Ia tidak berlomba bikin platform digital atau aplikasi belajar, malah bertaruh pada sesuatu yang dianggap kuno oleh banyak orang: buku cetak.

Baca Juga:
PLABS Jadi Mitra WPP STREAM 2025 Kembangkan Layanan AI

"Saya yakin buku cetak takkan kehilangan tempat," katanya di Jakarta beberapa waktu lalu. Keyakinannya ini bukan karena nostalgia, tapi dari pengalaman melihat buku cetak tetap jadi kebutuhan utama di sekolah-sekolah luar kota besar, di mana internet masih terbatas dan perangkat digital belum merata.

Ia memulai dari nol, tanpa modal uang. Hanya bermodal kepercayaan dari pemasok kertas dan percetakan. Awalnya, ia cuma bikin buku-buku soal pelengkap pelajaran.

Baca Juga:
BNI Tegaskan JJF 2025 Bentuk Komitmen Dorong Ekosistem Ekonomi Kreatif dan Gaya Hidup Digital

Tapi saat sekolah internasional mulai berkembang, Yogia menjadi pelopor buku bilingual di Indonesia, langkah strategis yang bikin nama Yrama Widya terkenal.

Namun, kesuksesan ini tidak mengubah prinsipnya. Ia tetap berkomitmen menerbitkan buku yang relevan, mudah diakses, dan bisa dijangkau lebih banyak siswa. Di banyak daerah, terutama pelosok, buku cetak masih jadi andalan utama dalam belajar-mengajar.

MEMBACA  Kenaikan Premi Kesehatan AS Ancam Kelangsungan Bisnis Skala Kecil

Yogia bukan penerbit besar sejak awal. Ia lulusan ekonomi yang belajar dunia penerbitan dari bawah, mulai dari administrasi hingga produksi dan distribusi. Semua ia pelajari sendiri alias otodidak.

Saat memutuskan dirikan usahanya sendiri, ia tak punya karyawan. Hanya dukungan dari istrinya dan prinsip hidup sederhana: tidak takut susah dan pantang menyerah.

Kini, Yrama Widya punya ratusan karyawan dan jaringan distribusi di seluruh Indonesia. Tapi semangatnya tetap sama: mendistribusikan pengetahuan secara adil dan berkelanjutan.

Di tengah komitmen menjaga keberlanjutan bisnis dan relevansi produk, CV ini juga aktif menjangkau masyarakat lewat kanal digital. Info terbaru, program edukatif, hingga peluncuran buku rutin dibagikan via Instagram resmi mereka, @yramawidya.official, yang sudah diikuti lebih dari 14 ribu orang.

Bagi Yogia, keberlanjutan bukan cuma soal bisnis, tapi nilai. Dan buku, meski tak selalu ramai dibicarakan, tetap jadi bagian penting dari masa depan pendidikan bangsa.

"Dia (buku) mungkin tak berisik di dunia digital, tapi kehadirannya tetap terasa," tegasnya.

Halaman Selanjutnya