Jakarta, VIVA – Stereotip negatif terhadap perempuan, terutama dalam dunia politik, masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Dalam gelaran Women Empowerment Conference (WEC) 2025 yang berlangsung pada 14 April 2025 di Ballroom Westin Jakarta, Ketua Fraksi PAN DPR RI Putri Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa banyak perempuan masih dianggap tidak layak berada di posisi pemimpin, meski punya kemampuan.
“Mungkin yang dihadapi adalah adanya stereotip bahwa perempuan itu, utamanya di dunia politik, itu kadang dianggap sebagai pelengkap saja. Tetapi ketika perempuan dijadikan sebagai sosok pemimpin, pengambil keputusan, ini lalu diragukan. Diragukan kapabilitasnya, diragukan apakah sudah cukup berpengalaman atau belum,” jelas Putri Zulkifli sebagai salah satu panelis dalam diskusi di WEC 2025 di Jakarta pada Senin, 14 April 2025.
Menurutnya, dunia politik hingga kini masih sangat lekat dengan dominasi nilai-nilai maskulin. Perempuan pun kerap dihadapkan pada standar ganda yang menyulitkan mereka untuk berkembang secara setara. Namun, ia menegaskan bahwa hal itu seharusnya tidak menjadi penghalang bagi perempuan untuk maju.
“Apapun tantangannya, kita sebagai pemimpin perempuan tidak boleh menjadikannya sebagai batasan. Kita juga memiliki kapabilitas, memiliki kompetensi, memiliki kondisi memberikan yang terbaik di tiga perempuan,” tegasnya.
Konferensi WEC 2025 sendiri mengangkat tema “Unlock Our Potential, Shaping the Future of Indonesia.” Acara ini diinisiasi oleh PT Mustika Ratu Tbk, Yayasan Puteri Indonesia, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), dengan tujuan menguatkan peran perempuan dalam proses pembangunan nasional.
Salah satu isu penting yang turut dibahas dalam WEC adalah minimnya keterwakilan perempuan di pemerintahan. Meski secara regulasi telah ditetapkan kuota 30 persen, kenyataannya angka partisipasi perempuan sebagai wakil rakyat masih jauh dari target.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Puteri Indonesia, Putri Kus Wisnu Wardani, menyampaikan bahwa hingga tahun 2024, jumlah perempuan yang duduk sebagai wakil rakyat baru mencapai sekitar 21 persen. Padahal, di negara lain seperti Tanzania yang menerapkan kuota serupa, sudah berhasil mencapai angka 36 persen.
“Di Indonesia ini kuota 30 persen saja sebagai wakil rakyat belum tercapai, belum terpenuhi ya sedangkan kita baru 21 sekian persen tahun 2024 kemarin. Sedangkan (negara) Tanzania yang kuotanya sama itu sudah mencapai 36 persen. Sedih sekali kalau mendengar itu,” ujar Putri Kus dalam wawancaranya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah perempuan Indonesia mencapai 49,53 persen dari total penduduk, yakni sekitar 137,9 juta dari 278,8 juta jiwa. Namun, dominasi jumlah itu belum tercermin dalam pengambilan kebijakan di pemerintahan.
Putri Kus juga menyinggung Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia yang meningkat dari 91,63 persen pada 2022 menjadi 91,85 persen di 2023. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa kenaikan tersebut belum mencerminkan kesetaraan yang sebenarnya.
“Fakta ini menunjukkan bahwa kita masih banyak harus mengejar kesetaraan peran perempuan di Indonesia ini,” tambahnya.
Lebih dari sekadar acara satu hari, WEC 2025 diharapkan menjadi gerakan berkelanjutan. Melalui berbagai program seperti pelatihan, mentoring, hingga kolaborasi lintas sektor, konferensi ini ingin membuka lebih banyak peluang bagi perempuan dari berbagai daerah dan latar belakang untuk terlibat aktif dalam kemajuan bangsa.
“Harapan kami dengan Women Empowerment Conference yang kami adakan ini akan menjadi salah satu motor penggerak peningkatan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan di negeri Indonesia,” tutup Putri Kus.