Penyintas Kanker Payudara Mencapai 90%, Meski Jadi Pembunuh Utama Wanita

Minggu, 2 November 2025 – 18:28 WIB

Jakarta, VIVA – Kanker payudara masih jadi salah satu penyebab kematian tertinggi bagi perempuan di Indonesia. Menurut data WHO di tahun 2022, sekitar 2,3 juta perempuan di dunia didiagnosis kanker payudara dan ada 670 ribu kematian.

Baca Juga :


Waktu Terbaik Deteksi Kanker Payudara Lewat SADARI

Sementara menurut data GLOBOCAN 2022, di Indonesia, kanker payudara masih ada di peringkat pertama dari semua jenis kanker. Jumlah kasus barunya mencapai 16,2 persen untuk semua jenis kelamin dan 30,1 persen untuk kasus baru pada wanita. Yuk scroll lagi untuk informasi lebih lanjut!

Tapi, kesempatan pasien untuk sembuh total sebenarnya sangat besar jika kanker ketahuan dari awal. Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Hematologi dan Onkologi, Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo, Sp.PD, KHOM, FACP.

Baca Juga :


Cegah Kanker Payudara Sebelum Parah! Wanita Wajib Periksa SADARI dan SADANIS, Apa Itu?

“Semakin cepat kanker payudara dikenali, semakin besar peluang sembuh total. Angka kesembuhannya bisa capai 90 persen jika ditemukan di stadium awal,” kata Prof Aru dalam acara Health Talk bertajuk “Kenali dan Tangani Kanker Payudara Sejak Dini” yang diadakan Medistra Hospital, baru-baru ini.

Baca Juga :


Waspadai Luka di Payudara yang Tak Kunjung Sembuh, Bisa Jadi Gejala Kanker Stadium Lanjut

SADARI dan SADANIS Jadi Kunci Pencegahan

Para ahli menekankan bahwa langkah pertama yang bisa dilakukan setiap perempuan adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin, ditambah pemeriksaan klinis (SADANIS) di fasilitas kesehatan.

SADARI dilakukan oleh wanita di atas 20 tahun. Buat yang masih haid, lakukan di hari ke-7 sampai ke-10 setelah hari pertama haid. Untuk yang sudah menopause, lakukan di tanggal yang sama setiap bulannya. Perhatikan bentuk payudara di depan kaca, lalu raba seluruh bagian payudara dan ketiak untuk memastikan tidak ada benjolan atau perubahan.

MEMBACA  PGN berkomitmen pada masa depan berkarbon rendah

Sedangkan SADANIS dilakukan oleh tenaga medis atau dokter untuk memeriksa ada tidaknya kelainan. Kalau ditemukan indikasi yang mencurigakan, dokter bisa lanjutkan pemeriksaan dengan USG payudara atau mammografi. Untuk wanita di atas 15 tahun, pemeriksaan klinis ini disarankan dilakukan tiap 2–3 tahun sekali supaya deteksi dini bisa dilakukan sebelum kanker masuk stadium lanjut.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Hematologi dan Onkologi, Prof. dr. Abdul Muthalib, Sp.PD, KHOM, menegaskan bahwa pemeriksaan rutin membantu menemukan kelainan lebih cepat. Sementara itu, Dokter Spesialis Bedah Onkologi, dr. I Gusti Ngurah Gunawan Wibisana, Sp.B-Onk, menambahkan bahwa kesadaran masyarakat masih perlu ditingkatkan lagi agar deteksinya tidak terlambat.

Halaman Selanjutnya

Pendekatan Holistik dalam Penanganan Kanker