Penurunan Penjualan Paksa Raksasa Ritel PHK Ribuan Pekerja

Senin, 27 Oktober 2025 – Perusahaan ritel besar dari Amerika Serikat, Target Corporation, lagi hadapi masa-masa sulit yang bikin mereka ambil keputusan besar. Mereka baru umumkan bakal lakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 1.800 karyawan di kantor pusat. Itu sekitar delapan persen dari total pekerja korporat mereka.

Ini gelombang PHK yang paling besar dalam sepuluh tahun terakhir. Langkah ini diambil buat benerin kinerja yang lagi stuck dan nata ulang struktur organisasi yang dinilai terlalu ribet.

Pengumuman ini disampein lewat memo internal dari Michael Fiddelke, yang sekarang jabat sebagai Chief Operating Officer dan bakal resmi jadi CEO tanggal 1 Februari 2026. Dia gantikan Brian Cornell. Dalam pesannya, Fiddelke bilang kalo kerumitan di dalam perusahaan selama ini malah bikin pertumbuhan terhambat.

“Faktanya, kompleksitas yang kita bikin selama ini malah nahan laju kita. Terlalu banyak lapisan dan kerjaan yang tumpang-tindih bikin pengambilan keputusan jadi lambat dan susah lahirkan ide-ide baru,” tulisnya, seperti dilaporkan CNBC.

Fiddelke ngakuin kalo langkah ini berat, tapi perlu buat bikin masa depan perusahaan lebih kuat. “Ini keputusan yang susah, tapi ini bagian penting buat bangun masa depan Target dan bikin kemajuan serta pertumbuhan yang kita semua harapin.”

Menurut penjelasan perusahaan, dari total 1.800 posisi yang dipotong, sekitar 1.000 karyawan bakal langsung di-PHK. Sementara 800 posisi lainya bakal dibiarin kosong dan gak akan diisi lagi. Para karyawan yang kena dampak bakal tetep dapet gaji dan tunjangan sampe tanggal 3 Januari 2026, plus dapet paket pesangon tambahan.

Juru bicara Target pastiin kalo gak ada karyawan di toko atau di rantai pasokan yang kena imbas PHK ini.

MEMBACA  Bagaimana Raksasa Perangkat Lunak Workday Mendorong 79% Karyawannya Mengadopsi AI

Selama empat tahun terakhir, Target terus berjuang hadapi tekanan bisnis yang makin berat. Perusahaan ini ngalamin penjualan yang turun terus, jumlah pengunjung toko berkurang, plus ada masalah sama manajemen stok barang.

Target bahkan perkirakin kinerja mereka tahun ini juga gak bakal membaik, dengan kemungkinan penjualan bakal turun lagi di tahun 2025.

Sejak harga sahamnya mencapai titik tertinggi di akhir 2021, nilai saham Target udah jatuh sekitar 65 persen. Sebaliknya, saham pesaing deketnya, Walmart, malah naik sekitar 123 persen dalam lima tahun terakhir.

Menurut analisis dari GlobalData Retail, salah satu sebab dari beda performa ini adalah struktur bisnis Target yang lebih tergantung sama produk non-esensial kayak baju, perlengkapan rumah, dan barang-barang gaya hidup.