Pemerkosaan Mei 1998: Tragedi Kemanusiaan yang Nyata

Senin, 16 Juni 2025 – 03:04 WIB

Jakarta, VIVA – Anggota DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (PKB), Nihayatul Wafiroh, mengkritik keras pernyataan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang menyatakan tidak ada bukti terkait pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998.

Dia menilai pernyataan itu tidak hanya menyakitkan korban dan aktivis HAM, tapi juga menunjukkan ketidakpedulian terhadap sejarah kelam bangsa ini.

“Tragedi pemerkosaan saat Mei 1998 itu nyata. Jadi, siapa pun yang bilang enggak ada, itu sangat tidak pantas dan bisa menghapus ingatan sejarah yang sudah diakui oleh Komnas Perempuan dan lembaga internasional,” kata Nihayatul, Minggu (15/6/2025).

Baca Juga:
Serangan Israel ke Iran, DPR: PBB Harus Segera Turun Tangan Biar Tidak Meluas

Nihayatul, yang juga Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa, meminta semua pihak hati-hati dalam berkomentar, terutama soal kekerasan terhadap perempuan.

"Harusnya dikaji dulu, temui korban yang masih hidup. Kalau malas riset, suruh timnya turun. Jangan asal bilang enggak ada pemerkosaan. Suara korban dan hasil investigasi TGPF sudah jelas," tegasnya.

Baca Juga:
Jadi Polemik, PKS Desak Mendagri Kaji Ulang Status 4 Pulau Aceh yang Masuk Sumut

Foto: VIVA.co.id/Natania Longdong

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Meresmikan Galeri Soekarno Kecil

Fadli sebelumnya menyatakan bahwa isu pemerkosaan massal Mei 1998 belum terbukti secara historis.

"Kalau ada buktinya, tunjukkan. Di buku sejarah mana tertulis? Ini cuma rumor," ujarnya.

Namun, Nihayatul menegaskan, laporan dari Komnas Perempuan dan TGPF sudah jelas.

"Mengingkari fakta sama saja merendahkan martabat korban," katanya.

Baca Juga:
Digitalisasi Manuskrip RI Kuno, Fadli Zon Gandeng Universitas Leiden

Halaman Selanjutnya
“Malah saya mendorong sejarah perempuan diperkuat,” kata Fadli dalam wawancara, Kamis (12/6/2025).

MEMBACA  Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Membuka Lowongan Kerja untuk Korban PHK Sritex, Tanpa Seleksi Masuk