Jakarta (ANTARA) – Peringatan Hari Pariwisata Dunia setiap 27 September 2025 diharapkan menjadi momentum buat bangkitnya sektor parewisata Indonesia, sejalan dengan rencana DPR untuk meresmikan RUU Kepariwisataan di awal Oktober.
Wakil Ketua Komisi VII DPR, Lamhot Sinaga, menjelaskan bahwa pariwisata bukan cuma kegiatan untuk bersenang-senang, tapi juga jadi instrumen pembangunan yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, hingga memperkuat dialog antarbudaya dan perdamaian dunia.
Menurut dia, Indonesia dengan segala kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, termasuk Danau Toba, seharusnya memegang peran penting didalam agenda pariwisata global.
DPR dan pemerintah saat ini sedang menyelesaikan pembahasan RUU Kepariwisataan, yang dijadwalkan akan disahkan dalam rapat paripurna tanggal 5 Oktober 2025 nanti.
Regulasi baru ini diharapkan bisa memberikan payung hukum yang modern, yang bisa menyesuaikan dengan zaman digital, tuntutan berkelanjutan, dan persaingan global.
Lamhot menekankan bahwa tujuannya bukan cuma keuntungan ekonomi, tapi juga manfaat bagi sosial, budaya, dan lingkungan.
Hal ini sesuai dengan semangat PBB melalui UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia), yang telah menetapkan Hari Pariwisata Dunia sejak 1980 untuk menekankan peran strategis pariwisata.
Dia mencontohkan Danau Toba yang sudah ditetapkan jadi UNESCO Global Geopark. Kawasan tersebut punya potensi untuk jadi destinasi kelas dunia bila dikelola baik serta memberikan manfaat nyata bagi masyarakat di sekitarnya.
Keberhasilan pariwisata, tegasnya, tidak diukur dari jumlah wisatawan, tapi sejauh mana masyarakat lokal mendapat manfaat langsung. Pembangunan pariwisata harus berbasis masyarakat agar warga jadi tuan rumah dan juga penerima manfaat.
Hari Pariwisata Dunia sendiri ditetapkan oleh UNWTO, badan PBB yang bertugas untuk urusan pariwisata internasional.
Tanggal 27 September dipilih karena bertepatan dengan diadopsinya Statuta UNWTO pada tahun 1970, yang menandai berdirinya organisasi tersebut.
Peringatan pertama dilakukan pada 1980, dan sejak itu, negara-negara di dunia setiap tahunnya mengangkat tema khusus untuk menjawab tantangan pariwisata global.