Jakarta (ANTARA) – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menekankan bahwa mata pelajaran wajib Bahasa Inggris di sekolah dasar (SD) akan fokus untuk membangun kepercayaan diri siswa dalam menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi.
"Ia bukan tentang belajar bahasa Inggris sebagai sains, tetapi sebagai sarana komunikasi. Makanya, di tingkat SD, tidak perlu terlalu menekankan tata bahasa," ujarnya dalam briefing pers pada Rabu malam.
Dia mengingatkan para guru untuk tidak berfokus berlebihan pada kesalahan tata bahasa siswa ketika mereka berbicara bahasa Inggris. Pendekatan ini selaras dengan tujuan pembelajaran di tingkat SD, khususnya untuk kelas 1 hingga 3, yang masih memprioritaskan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
"Tidak apa-apa membuat kesalahan. Yang penting siswa merasa percaya diri dalam menggunakan bahasanya," tambahnya.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah bersiap untuk menerapkan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di SD mulai tahun ajaran 2027–2028, setelah terbitnya Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2025.
Untuk mendukung inisiatif ini, kementerian akan melakukan program pelatihan Bahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan guru yang belum memenuhi standar kemahiran bahasa Inggris minimum.
Mu’ti menyampaikan harapanya bahwa dengan menjadikan Bahasa Inggris sebagai pelajaran wajib akan menjadi langkah penting menuju peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.
Sebelumnya, dia menyatakan bahwa program pelatihan untuk guru SD dirancang untuk membantu mereka mencapai tingkat kemahiran bahasa Inggris A2 menurut Common European Framework of Reference for Languages (CEFR).
Dia menambahkan bahwa program tersebut menerapkan prinsip pembelajaran mindful, joyful, dan meaningful, yang terintegrasi dalam sistem manajemen pembelajaran digital untuk mendukung pembangunan pendidikan berkelanjutan.
Berita terkait: Kementerian akan sediakan pelatihan bahasa Inggris intensif untuk guru
Translator: Hana Dewi, Raka Adji
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025