Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia berupaya untuk mengantisipasi dampak perang dagang yang sedang berkembang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dengan memperkuat hilirisasi untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional.
“Keunggulan kompetitif kita terletak pada bahan baku. Oleh karena itu, hilirisasi adalah salah satu solusinya,” kata beliau kepada pers di Jakarta pada hari Rabu.
Menurut menteri, di balik tantangan perang dagang, terdapat peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan.
Beliau mengatakan bahwa perang dagang dapat memperkuat Indonesia secara internal, oleh karena itu, pemerintah sedang mengambil langkah-langkah komprehensif untuk menciptakan nilai tambah dari bahan baku yang melimpah di negara ini.
Beliau juga menginformasikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah meminta untuk memperhatikan situasi ekonomi dalam negeri.
“Kita harus berdiri di atas kaki sendiri. Oleh karena itu, konsekuensinya adalah kita harus mengidentifikasi keunggulan kompetitif kita,” tambah beliau.
Dampak tarif balasan AS terhadap Indonesia di sektor energi dan sumber daya mineral tidak akan signifikan, kata Direktur Jenderal Minyak dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Tri Winarno.
Untuk mengantisipasi dampak potensial, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan mendukung upaya pemerintah untuk menyusutkan defisit perdagangan antara Indonesia dan AS.
Upaya untuk mengurangi defisit kemungkinan akan melibatkan peningkatan impor minyak dan LPG dari AS.
“Kemungkinan kita akan meningkatkan impor LPG dari AS. Sebelumnya, (impor) dari AS menyumbang 54 persen. Peningkatannya saat ini sedang dihitung,” kata beliau.
Pada 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif “reciprocal” pada beberapa negara, dengan Indonesia terkena tarif sebesar 32 persen. Pemerintahan Trump juga memberlakukan tarif dasar sebesar 10 persen pada impor dari semua negara.
Negara-negara Asia Tenggara lain yang terkena tarif termasuk Filipina, Singapura, Kamboja, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. AS memberlakukan tarif sebesar 17 persen, 10 persen, 49 persen, 46 persen, 36 persen, dan 24 persen, secara berturut-turut, pada negara-negara tersebut.
Berita terkait: Prabowo, Megawati bahas kebijakan tarif impor Trump: Muzani
Berita terkait: Kilauan harapan dalam kebijakan tarif AS bagi ekonomi Indonesia
Translator: Putu Indah, Raka Adji
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2025