Menjadi Dai Muda, Inilah Sosok Gus Idris dengan Gaya Dakwahnya yang Kekinian

Kamis, 7 Agustus 2025 – 22:39 WIB

VIVA – Jadi dai muda zaman sekarang ga gampang. Tantangannya bukan cuma dari perkembangan zaman, tapi juga dari perbedaan cara pandang di masyarakat yang makin beragam.

Baca Juga:
Mengenal Habib Idrus, Cucu Pahlawan Nasional yang Diabadikan Jadi Nama Bandara di Palu

Tapi, di tengah situasi itu, muncul sosok Gus Idris Almarbawy, ulama muda 35 tahun asal Malang, Jawa Timur, yang sukses menarik perhatian banyak orang lewat gaya dakwah modern tapi menenangkan. Scroll ke bawah buat baca artikel lengkapnya.

Baca Juga:
Sosok Ustadz Kasif Heer yang Kasih Umrah Gratis ke Nathalie Holscher

"Buat saya, dakwah bukan cuma ceramah di mimbar. Tapi gimana kita hadir, hidup bareng mereka, dan ngasih harapan lewat contoh nyata," kata Gus Idris pada Kamis, 7 Agustus 2025.

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Thoriqull Jannah di pedesaan Malang, dia serius bangun komunitas yang fokus bukan cuma di agama, tapi juga pertumbuhan sosial dan spiritual. Dia ngajarin santrinya nilai kasih, toleransi, dan tanggung jawab sosial.

Yang bikin Gus Idris makin menarik adalah perhatiannya ke kelompok marginal kayak mantan preman atau orang yang dulu jauh dari agama. Dia ga ragu ulurkan tangan dan ajak mereka balik ke jalan Islam dengan pendekatan lembut.

Baca Juga:
Pria Bersorban Bolehkan Jimak Saat Puasa Ternyata Konten Gus Idris

Banyak dari mereka yang akhirnya ikut aktif di pesantren, bahkan bantu kegiatan positif yang dijalankan Gus Idris dan komunitasnya. Dia percaya semua orang punya kesempatan buat berubah dan jadi lebih baik.

Ga cuma urusan spiritual, Gus Idris juga ngasih contoh nyata pentingnya kemandirian dan pemberdayaan masyarakat. Dia kembangkan usaha kayak Nasi Tempong, peternakan, dan kafe Coffee GIO, yang hasilnya dipakai buat bantu warga sekitar.

MEMBACA  Belum Menikah di Usia Hampir 40 Tahun, Hard Gumay: Prioritaskan Uang

"Kami mau pesantren ini jadi tempat semua orang bertumbuh, ga cuma spiritual, tapi juga ekonomi dan sosial," ujarnya.

Kafe Coffee GIO misalnya, bukan cuma tempat nongkrong biasa. Tempat ini jadi ruang terbuka buat anak muda diskusi, belajar, dan berkembang. Bagi Gus Idris, anak muda adalah masa depan, dan mereka butuh ruang sehat buat tumbuh.

"Anak muda butuh ruang. Jadi kami bikin tempat yang bisa jadi jembatan antara ngopi, ngaji, dan aksi nyata," jelasnya.

Dengan gaya dakwah yang dekat dengan masyarakat, Gus Idris berhasil jadi dai muda yang ga cuma ngasih ilmu agama, tapi juga harapan dan inspirasi. Dia tunjukin bahwa jadi religius bukan berarti jauh dari realitas sosial. Justru, dengan dekat sama masyarakatlah, dakwahnya jadi relevan dan menyentuh hati.

"Selama niatnya lillahi ta’ala, setiap usaha bisa jadi ladang dakwah," tutup Gus Idris.

Halaman Selanjutnya