Senin, 2 Juni 2025 – 20:36 WIB
Jakarta, VIVA – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa penggunaan technology di sektor pemerintahan (government technology) adalah salah satu kunci penting untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga:
Teknologi Canggih Medis Arab Saudi Selamatkan Jemaah Haji Indonesia
Dalam presentasinya saat peluncuran Sahabat-AI pada Senin, 2 Juni 2025, Luhut menjelaskan bahwa teknologi dan inovasi selalu menjadi pendorong utama perubahan struktural dan pertumbuhan ekonomi. Adopsi teknologi diperkirakan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 0,55% per tahun, sehingga ekonomi domestik bisa capai US$2,8 triliun pada 2040.
"Karena menurut kita, untuk kurangi korupsi, inefisiensi, dan tingkatkan transparansi, kita harus masuk ke government technology dan digitalisasi semua," tambah Luhut.
Baca Juga:
Suhu Bumi Melejit, Gen Z Bisa Jadi ‘Game Changer’
Ia juga menceritakan pengalamannya saat menangani Covid-19, di mana aplikasi PeduliLindungi terbukti efisien dan mempercepat adopsi digital di masyarakat.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan
Baca Juga:
Bukan Sekadar Sampah! Teknologi Baru Ini ‘Sulap’ Plastik Jadi Emas
Luhut menyebut Bank Dunia pernah menawarkan bantuan untuk pengembangan teknologi di pemerintahan. Namun, ia yakin Indonesia sudah cukup maju dalam hal ini. "Jadi ini pengembangan AI lokal untuk capai kedaulatan digital dan visi Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Lebih lanjut, ia percaya ekonomi Indonesia bisa tumbuh 8% pada 2028–2029 berkat program pemerintah saat ini. Salah satu faktor penopangnya adalah transformasi digital.
Ilustrasi Internet of Things (IoT)
"Bukan angka yang terlalu sulit," kata Luhut. "Asalkan kita kompak. Kritik itu perlu, tapi jangan ekstrem."
Ia juga menekankan pentingnya audit oleh BPKP untuk memastikan keberhasilan. "Kalau tidak tahu di mana kesalahan, kita seperti shadowboxing," ujarnya.
Sebagai contoh, platform e-katalog dalam pengadaan pemerintah bisa hemat anggaran hingga 40% (Rp1.500 triliun). Namun, Luhut ingatkan bahwa teknologi bukan solusi instan. "Masih banyak tantangan ke depan," tutupnya.