Kisah Warga Aceh Tengah Berjalan Kaki ke Lhokseumawe demi Membeli Beras dan BBM

Selasa, 9 Desember 2025 – 06:30 WIB

Banda Aceh, VIVA – Warga Aceh Tengah terpaksa berjalan kaki ke Kota Lhokseumawe buat cari beras karena masih terisolir. Hal ini terjadi akibat akses jalan nasional putus setelah bencana banjir bandang dan tanah longsor.

Baca Juga:


ASN Pemkot Bandung Dilarang Berpergian ke Luar Negeri saat Libur Natal dan Tahun Baru

Salah satu warga Takengon, Roni (43), menceritakan bahwa dia bersama istrinya melakukan perjalanan penuh tantangan ke Lhokseumawe. Tujuannya hanya untuk membeli beras dan bahan sembako, termasuk BBM.

“Sebelumnya kami sudah sehari tidak masak di rumah, gak ada persediaan lagi. Akhirnya terpaksa nekad pergi belanja ke Lhokseumawe,” kata Roni.

Baca Juga:


Menteri LH: Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan

Kondisi dari udara situasi bencana banjir di Aceh Tamiang, Aceh.

Photo : ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Dia menjelaskan, setelah bencana, ruas Jalan KKA sebagai satu-satunya akses terdekat ke Kota Lhokseumawe lumpuh total. Banyak bagian jalan amblas karena banjir dan tertimbun longsor.

Baca Juga:


Bahlil Usul Bentuk Koalisi Permanen Parpol, PKB: Fokus Penanganan Bencana Sumatera Dulu

Dari Takengon, dia naik motor sampai ke Kampung Buntul di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, dan menitipkannya di rumah warga dengan bayar Rp10 ribu.

Kemudian, dia berjalan kaki dari Buntul ke Kampung Kem di Kecamatan Permata, yang menghabiskan waktu 2,5 jam untuk pergi. Perjalanan pulang memakan waktu lebih dari 5 jam karena membawa beban.

“Lalu, dari Kampung Kem, naik ojek warga dengan bayar Rp20 ribu sampai ke Kampung Buntul Sara Ine,” ujarnya.

Dari sana, dia ganti ojek lagi untuk ke kawasan Gunung Salak. Tarif ojek dari sana ke perbatasan Lhokseumawe-Bener Meriah sebesar Rp100 ribu.

MEMBACA  6 Destinasi Wisata di Bandung yang Populer dan Cocok untuk Liburan Panjang Januari 2025, Bersama Keluarga

“Dari situ dijemput keluarga langsung ke Lhokseumawe,” katanya.

Sesampai di Lhokseumawe, Roni menginap semalam di rumah keluarga. Besoknya, dia langsung belanja kebutuhan untuk dibawa pulang.

Yang paling utama, kata dia, adalah beli beras dan BBM karena khawatir dampak bencana di Aceh Tengah akan berlangsung lama.

“Yang dibeli beras lima karung, total 25 kilo. Terus gas elpiji satu tabung, Indomie satu dus, minyak goreng tiga liter, kecap tiga botol, sama pertalite 10 liter,” sebutnya.

Ayah empat anak ini mengaku nekad melakukan perjalanan itu untuk memastikan stok makanan keluarganya aman selama masa darurat.

Halaman Selanjutnya

Selama perjalanan, dia juga harus meninggalkan keempat anaknya di Takengon, yang dititipkan ke tetangga.

Tinggalkan komentar