Kisah Sedih Pangeran Martapura, Raja Mataram yang Hanya Berkuasa Selama 24 Jam

Sebuah cerita menarik menyertai kenaikan tahta Raja Ketiga Mataram Sultan Agung. Pria dengan nama asli Raden Mas Rangsang naik tahta setelah Pangeran Hanyakrawati meninggal di Hutan Krapyak saat berburu. Saat itu, Pangeran Hanyakrawati sebenarnya telah berjanji untuk memberikan tahtanya kepada Raden Martapura atau Raden Mas Wuryah. Namun, menjelang wafatnya, Pangeran Hanyakrawati malah menunjuk Sultan Agung alias Mas Rangsang untuk menggantikan dirinya sebagai Raja Mataram.

Raden Martapura atau Raden Mas Wuryah adalah putra pertama dari istri Panembahan Hanyakrawati yang bernama Ratu Lung Ngawu, yang berasal dari Ponorogo. Penunjukkan Sultan Agung sebagai Raja Mataram menggantikan Pangeran Hanyakrawati mendapat penentangan dari pihak Ponorogo.

Menurut buku “Babad Tanah Jawi”, solusi pemecahan masalah untuk mengatasi kasus ini dicari. Konon, sebelum meninggal dunia, Panembahan Hanyakrawati mendapat firasat dan memanggil para pangeran dan kerabatnya. Wasiat tersebut disaksikan oleh Adipati Mandaraka, Pangeran Purbaya, untuk berkumpul dalam Pisowanan di Pendopo Prabayaksa Keraton guna menerima wasiat agar Raden Mas Rangsang diangkat menjadi Raja Mataram jika ia mangkat.

Wasiat tersebut didasarkan pada ramalan Panembahan Bayat, penasihat spiritual keraton, yang menyatakan bahwa Raden Mas Rangsang akan membawa kejayaan bagi Keraton Mataram dengan menguasai seluruh Jawa. Dari pesan Panembahan Hanyakrawati tersebut, akhirnya Raden Martapura tetap diangkat sebagai raja di Kesultanan Mataram, untuk sementara.

MEMBACA  Membangun Etika BUMN sebagai Dasar Utama untuk Meningkatkan Layanan Perusahaan