Khatib Mengkritik Kecurangan Pemilu yang Memicu Pembubaran Jemaah, Panitia Shalat Id di Bantul Minta Maaf

Translation: Ustadz Menyindir Kecurangan Pemilu yang Memicu Pembubaran Jamaah, Panitia Shalat Id di Bantul Meminta Maaf

Sabtu, 13 April 2024 – 03:16 WIB

Sleman – Panitia penyelenggara Shalat Idul Fitri di Lapangan Tamanan, Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY meminta maaf atas khatib yang menyampaikan isi ceramah yang menyinggung dugaan kecurangan pemilu. Ceramah tersebut mengakibatkan sebagian jemaah bubar dengan meninggalkan lokasi Salat Id pada Rabu, 10 April 2024.

Ketua Panitia Peringatan Hari Besar Islam (PBHI) Tamanan, Sujendro Nugroho, meminta maaf kepada masyarakat atas insiden tersebut. Dia meminta maaf karena lalai dalam memeriksa materi ceramah Salat Id.

“Saya mohon maaf karena memang tahun ini terfokus pada masalah takbir dan festival lomba. Sehingga untuk konfirmasi masalah ustaz tentang isian ceramah, kami tidak meminta materinya,” kata Sujendro saat dihubungi wartawan, Jumat 12 April 2024.

Penceramah di Bantul, Untung Cahyono

Sujendro menyebut bahwa sejak menjadi Ketua PBHI sejak 1987, tidak pernah ada masalah sebelumnya dan ini adalah peristiwa pertama kali terjadi.

“Saya sendiri mungkin khilaf. Ya saya mohon maaf, mungkin saya juga tidak mengetahui detail sebelumnya,” tutur Sujendro.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa khatib yang memberikan ceramah di Salat Idul Fitri 1445 H di Lapangan Tamanan adalah Untung Cahyono, seorang akademisi dan dosen.

Sujendro menyatakan bahwa saat Untung memberikan ceramahnya, tidak semua jemaah langsung meninggalkan lokasi Shalat Id. Sebagian besar jamaah tetap berada di tempat hingga ceramah selesai.

Setelah ceramah selesai, Sujendro mengaku telah menegur sang khatib dan meminta agar tidak lagi menyampaikan ceramah yang berisikan muatan politik.

“Saya langsung bilang, lain kali tidak usah menyinggung masalah politik. Nanti kasihan jemaahnya,” ungkap Sujendro.

Sujendro juga mengatakan bahwa sebelumnya Untung pernah menjadi khatib Shalat Idul Fitri di Lapangan Tamanan, namun materi khutbah yang disampaikan saat itu tidak menyinggung masalah politik.

MEMBACA  Mawar Merah Megawati di Monumen Pembantaian Massal 1965-1966

“Sekali waktu, namun tidak pernah menyinggung masalah seperti itu. Biasanya yang disinggung adalah masalah puasa,” ujar Sujendro.