Kewaspadaan kunci penanganan demam berdarah yang sukses pada anak-anak: Kementerian

Orangtua harus benar-benar memahami anak-anak mereka, terkadang mereka tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Bahkan, dalam diagnosis, dokter seringkali mengandalkan anamnesis. Melalui wawancara, penyakit dapat diidentifikasi tanpa hasil laboratorium,” jelasnya dalam acara diskusi di sini pada hari Minggu.

Menurut data kementerian, hingga Mei 2024, dari tahun 2022 hingga 2024, jumlah kasus demam berdarah tertinggi ditemukan pada orang berusia 15-44 tahun, menyumbang 43 persen dari total.

Sementara itu, dalam hal tingkat kematian, jumlah kematian akibat demam berdarah tertinggi dalam tujuh tahun terakhir ditemukan pada anak-anak berusia 5-14 tahun, menyumbang 53 persen.

Pambudi menyatakan bahwa kasus kematian akibat demam berdarah pada anak disebabkan oleh daya tahan tubuh anak yang belum sekuat orang dewasa.

Selain itu, gejala kondisi demam berdarah yang memburuk sulit dideteksi pada anak-anak karena mereka tidak dapat menggambarkan gejala yang mereka rasakan. Oleh karena itu, anak-anak sering kali mendapatkan perawatan ketika mereka sudah dalam kondisi kritis.

Untuk itu, orangtua diimbau untuk berkomunikasi intens dengan anak-anak mengenai perubahan yang mereka rasakan dalam tubuh mereka.

Beberapa gejala yang dapat menjadi tanda bagi orangtua bahwa anak mereka sedang mengalami kondisi memburuk termasuk tidak adanya perbaikan kondisi setelah suhu tubuh menurun, anak terus menolak untuk makan dan minum, nyeri perut yang parah, dan kelesuan.

Berita terkait: Indonesia mencatat 799 kematian akibat demam berdarah hingga pekan 23, kasus melampaui tahun 2023

Berita terkait: Kasus demam berdarah hingga Pekan 22 melampaui angka 2023: kementerian

Translator: Livia Kristianti, Raka Adji
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2024

MEMBACA  Volatilitas dan Kecerdasan Buatan (AI) Menjadi Tantangan Utama bagi Para Pemimpin di Indonesia pada Tahun 2024: EGN