Kepala BKKBN mendesak aktivasi data untuk mempercepat penurunan stunting

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam mengaktifkan data guna mempercepat penurunan stunting.

“Data yang akurat dan terkini menjadi kunci dalam merancang strategi, mengidentifikasi tantangan, dan mengukur dampak dari intervensi. Dengan mengaktifkan data, langkah-langkah yang diambil dapat lebih akurat,” ujar Wardoyo seperti yang dikutip dalam pernyataan BKKBN di Jakarta pada hari Senin.

Kepala lembaga tersebut menekankan bahwa pemanfaatan data yang tepat dapat memberikan manfaat maksimal dan berkontribusi dalam pembuatan kebijakan standar yang melayani semua, terutama dalam menurunkan angka stunting di Indonesia.

Wardoyo mengungkapkan bahwa lembaganya memiliki sumber data utama, yaitu Sistem Informasi Keluarga Baru (Siga baru), yang merupakan data operasional bagi petugas keluarga berencana dan pihak terkait untuk melakukan intervensi dalam Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).

Berkaitan dengan berita terkait: BKKBN mendeploy 101.236 petugas untuk Pengumpulan Data Keluarga 2023

Ia mencatat bahwa kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam keluarga berencana masih menjadi perhatian, terutama alasan terkait kesehatan yang diidentifikasi sebagai penyebab utama penghentian kontrasepsi, yaitu sebesar 55,97 persen, dengan 13,3 persen ditemukan pada kelompok usia 30-34 tahun.

“Kebutuhan yang tidak terpenuhi erat kaitannya dengan masalah stunting. (Ini) karena, dengan keluarga berencana, kelahiran anak yang mengalami stunting dapat dicegah,” ujarnya.

Kepala BKKBN juga meminta penyelidikan dan upaya untuk mencegah stunting dengan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan yang tidak terpenuhi, seperti akses terbatas terhadap makanan bergizi, kurangnya pendidikan tentang nutrisi, dan kurangnya layanan kesehatan berkualitas.

“Stunting, sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis pada anak, mencerminkan ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi penting pada tahap-tahap penting perkembangan manusia,” ungkap Kepala BKKBN.

MEMBACA  Berikut Cara Cerdas untuk Mengungkap Gurun Pemilihan Amerika

Berkaitan dengan berita terkait: BKKBN meminta memanfaatkan data PK-21 untuk penanganan stunting, kemiskinan

Penerjemah: Lintang Budiyanti, Raka Adji
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak Cipta © ANTARA 2024