Jakarta (ANTARA) – Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mendorong peningkatan investasi dan adopsi inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing sektor peternakan nasional secara berkelanjutan.
Dalam pernyataannya pada Kamis, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Makmun, menyebut tantangan utama saat ini adalah memenuhi permintaan daging sapi dan susu dalam negeri.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia masih mengimpor sekitar 400 ribu ton daging sapi setiap tahun, dan produksi susu lokal hanya mencukupi 21 persen dari total kebutuhan nasional sebesar 4,7 juta ton.
“Ini adalah peluang besar bagi pelaku industri untuk berinvestasi di sektor ini,” ujarnya di Expo dan Forum Indo Livestock 2025 di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.
Makmun menekankan bahwa sektor peternakan Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif, terlihat dari peningkatan volume ekspor pada 2024.
“Ekspor produk peternakan naik dari 470 ribu ton di 2023 menjadi 489,7 ribu ton di 2024, meningkat 4,16 persen. Ini menunjukan bahwa Indonesia tidak kekurangan sumber protein hewani,” katanya.
Expo dan Forum Indo Livestock 2025 diselenggarakan pada 2-4 Juli di Surabaya, Jawa Timur.
Acara ini diharapkan menarik 300 peserta dari 15 negara, dengan paviliun dari China, Korea Selatan, Taiwan, dan beberapa negara Eropa.
Berbagai inovasi teknologi dan peluang kerja sama di sektor peternakan, pakan ternak, kesehatan hewan, pengolahan susu, perikanan, dan pertanian dipamerkan.
Sebelumnya, sebagai upaya menjamin pasokan daging sapi dan susu sekaligus memperkuat ketahanan pangan, pemerintah Indonesia menghapus kuota impor untuk semua jenis ternak hidup, termasuk sapi potong, penggemukan, dan perah.
Berita terkait: Anggota DPR minta dukungan untuk petani di tengah kebijakan impor ternak
Berita terkait: Indonesia hapus kuota impor ternak untuk jamin ketahanan pangan
Penerjemah: Muhammad Harianto, Raka Adji
Editor: Arie Novarina
Hak Cipta © ANTARA 2025