Kementerian Perbaiki Empat Aspek Penting untuk Atasi Kematian Ibu di Papua

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan menemukan empat faktor kunci dibalik meninggalnya Irene Sokoy dan bayinya yang belum lahir di Papua, dan berjanji akan mengambil langkah segera untuk mencegah kejadian serupa.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Azhar Jaya, menyatakan pada Kamis bahwa masalahnya meliputi kurangnya dokter spesialis, pemeliharaan fasilitas dan infrastruktur medis yang tidak optimal, ketidakpatuhan pada prosedur standar, serta kelemahan dalam sistem rujukan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi bahwa kekurangan spesialis, termasuk dokter kandungan dan anestesi, masih umum terjadi di luar Jawa.

Untuk mengatasi ini, kementerian mengembangkan sistem pendidikan berbasis rumah sakit dan mendorong pemuda setempat untuk mengejar pelatihan spesialis guna meningkatkan akses kesehatan dan memperluas peluang kerja.

Sadikin menekankan pentingnya memperkuat tata kelola rumah sakit, terutama di rumah sakit daerah. Dia menambahkan bahwa kementerian terus bekerja sama dengan kepala daerah, walikota, dan gubernur untuk meningkatkan manajemen fasilitas kesehatan.

Dia mengatakan kementerian telah menugaskan RSUP Dr. Sardjito untuk membantu Provinsi Papua dalam memperbaiki tata kelola dan manajemen rumah sakit. Ini termasuk merenovasi beberapa ruang operasi sambil menjaga ruangan lain tetap berfungsi untuk memastikan layanan tidak terganggu.

Menteri juga menggarisbawahi pentingnya pengumpulan data yang tepat untuk membangun sistem rujukan yang lebih baik.

Kantornya berkoordinasi dengan pimpinan dinas kesehatan untuk meningkatkan pengawasan dan bimbingan, termasuk penerapan sanksi pada rumah sakit yang melanggar Undang-Undang Kesehatan.

Dia mencatat bahwa UU Kesehatan yang baru jelas menyatakan hukuman untuk pimpinan rumah sakit yang gagal memberikan pelayanan darurat. Pasien harus dirawat, dan BPJS Kesehatan akan menanggung biayanya.

Kementerian akan memantau hasil penyelidikan yang sedang berlangsung dan kembali ke Papua dalam tiga bulan untuk mengevaluasi perbaikan dalam layanan kesehatan provinsi tersebut.

MEMBACA  Presiden Prabowo menyarankan menetapkan 3 April sebagai Hari Republik Kesatuan

Sebelum kejadian, Irene Sokoy telah menjalani perawatan kehamilan di puskesmas dan telah diperiksa oleh dokter kandungan.

Pada 16 November, dia melahirkan dan pergi ke Rumah Sakit Yowari, tetapi tidak ada dokter kandungan yang tersedia untuk melakukan operasi caesar.

Dia dirujuk ke Rumah Sakit Dian Harapan, yang tidak memiliki dokter anestesi dan NICU-nya penuh. Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Abepura, di mana operasi tidak mungkin dilakukan karena keempat ruang operasinya sedang direnovasi.

Irene kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Bhayangkara, yang memiliki dokter kandungan dan anestesi, tetapi tidak menyediakan layanan rawat inap kelas tiga.

Dia kemudian disarankan untuk berobat di rumah sakit swasta, di mana dia diminta membayar sekitar Rp3–4 juta. Karena keterbatasan keuangan, dia dipindahkan lagi.

Selama perpindahan, dia mengalami kejang dan dilarikan kembali ke Rumah Sakit Bhayangkara. Meskipun telah dilakukan upaya penyelamatan, dia tidak selamat. Irene dan bayinya yang belum lahir meninggal pada 17 November sekitar pukul 05.00 waktu setempat.

Berita terkait: Pemerintah selidiki kematian wanita hamil yang diduga ditolak perawatan di Papua

*Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025*