Studi Baru Mendorong Brand untuk Gunakan Strategi Omnichannel dalam Hadapi Kelelahan di Dunia Media yang Terfragmentasi
Singapura—(ANTARA/Business Wire)—Studi terbaru oleh The Trade Desk (Nasdaq: TTD), pemimpin teknologi iklan global, menunjukkan bahwa 66% konsumen Asia Tenggara sudah bosan dengan iklan berulang di satu saluran. Temuan dalam laporan "The Untapped Opportunity of Omnichannel" menekankan pentingnya perusahaan iklan beralih dari strategi multichannel yang terpisah ke pendekatan omnichannel yang terhubung, sesuai dengan cara konsumen berinteraksi dengan media saat ini.
Studi ini membandingkan dampak kampanye omnichannel vs multichannel terhadap pengalaman konsumen. Bedanya, meski keduanya menggunakan beberapa saluran, omnichannel menyatukan minimal tiga saluran digital (seperti mobile, display, video, audio, DOOH, atau CTV/OTT) menjadi satu pengalaman terintegrasi yang mengoptimalkan urutan pesan dan frekuensi berdasarkan kebiasaan konsumen.
Kelelahan Iklan Meningkat Akibat Fragmentasi
Di Asia Tenggara, konsumen menghabiskan lebih dari 8 jam sehari di sekitar lima lingkungan media, termasuk CTV/OTT, streaming musik, gaming, berita, dan situs web. Fragmentasi media ini menyulitkan pemasar menyampaikan iklan yang relevan tanpa membebani audiens.
Kelelahan iklan juga meluas di kawasan ini. Indonesia (69%) dan Filipina (67%) mencatat tingkat kelelahan tertinggi, disusul Thailand (65%) dan Singapura (63%). Generasi Z paling rentan, dengan 57% lebih mudah kesal jika melihat brand yang sama berulang di satu saluran. Sebagai digital natives, mereka mengharapkan iklan yang lancar, personal, dan tidak repetitif.
"Konsumsi media yang terfragmentasi membuat kelelahan iklan jadi tantangan besar," kata Simon Morgan dari The Trade Desk. "Omnichannel lebih efektif mengatur frekuensi iklan di berbagai platform sambil menyampaikan pesan yang koheren. Kampanye yang sesuai kebiasaan konsumen mengurangi kelelahan sekaligus meningkatkan hasil bisnis."
Peluang untuk Omnichannel
Meski lelah dengan iklan, konsumen Asia Tenggara tetap terbuka pada iklan yang relevan dan berkualitas. Lebih dari 55% mengaku iklan memengaruhi keputusan beli, terutama di Thailand (66%) dan Indonesia (60%). Bahkan, mereka 1,6x lebih terinspirasi iklan saat belanja online dibanding konsumen global. Ini tanda pentingnya strategi omnichannel yang menyampaikan pesan tepat waktu sesuai tahap pembelian.
Studi terbaru membuktikan omnichannel lebih unggul dari strategi media terpisah: mengurangi kelelahan iklan 2,2x dan meningkatkan daya persuasi 1,5x¹. Pengiklan yang menggunakan platform The Trade Desk mencatat kenaikan niat beli 1,7x saat tiga saluran terhubung². Integrasi lima saluran bahkan meningkatkan ROI hingga 77%³.
Rekomendasi untuk Setiap Pasar
- Thailand: Unggul dalam brand recall, terutama di online video, gaming, dan situs web. CTV/OTT meningkatkan ingatan brand 23% dan kepercayaan 16%.
- Filipina: Saluran premium (CTV/OTT, streaming musik) 1,2x lebih dipercaya daripada media sosial. Pemasar perlu mengurangi ketergantungan pada media sosial.
- Singapura: Konsumen paling skeptis, tapi percaya pada CTV/OTT dan online video. Milenial merespons lebih baik saat diengage di saluran tepercaya.
- Indonesia: Peringkat tertinggi dalam ad recall (81%), tapi kepercayaan masih rendah. Perlu konsistensi pesan di semua saluran, terutama format tepercaya seperti CTV/OTT.
Laporan lengkap tersedia di sini.
Metodologi: Survei kuantitatif oleh The Trade Desk dan PA Consulting (Maret 2025) terhadap 2.000 konsumen di Thailand, Filipina, Singapura, dan Indonesia.
Kontak Media:
Shaw Wun Lim
[email protected]
+65 9797 0965Sumber: The Trade Desk
¹ The Trade Desk & PA Consulting, 2024
² DISQO Benchmarks, 2021-2024
³ Analytic Partners, 2023Catatan: Beberapa angka mungkin tidak akurat karna kesalahan pengetikan.