Senin, 20 Oktober 2025 – 09:20 WIB
Gaza, VIVA – Israel kembali nutup akses keluar-masuk warga Palestina dan bantuan kemanusiaan melalui perlintasan Rafah sampai semua jenazah sandera Israel yang ditahan Hamas berhasil dikembalikan.
Baca Juga:
Hamas Bantah Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza
Sejak Mei 2024, militer Israel menutup perlintasan Rafah, satu-satunya jalur yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar yang sebelumnya tidak di bawah kendali Tel Aviv sebelum perang dimulai pada Oktober 2023.
Hamas sebelumnya telah membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 10 lainnya sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, sebagai tukaran atas pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina.
Baca Juga:
Dimediasi Qatar, Pakistan-Afghanistan Sepakat Gencatan Senjata
Kelompok perjuangan Palestina itu menyatakan bahwa mereka "berusaha keras" mencari sisa jenazah sandera Israel lainnya, sesuai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas berdasarkan rencana yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Hamas membawa jenazah sandera Israel
Baca Juga:
Israel Gempur Rafah saat Gencatan Senjata, Tuding Hamas Langgar Kesepakatan
Saluran berita bahasa Ibrani i24 News melaporkan, mengutip sumber terpercaya, bahwa Hamas telah memberi tahu para mediator bahwa ada jenazah sandera Israel yang terletak tujuh lantai di bawah tanah, dekat dengan bom Israel yang belum meledak.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan bahwa pengambilan jenazah tersebut mungkin membutuhkan waktu lama, karena operasi itu memerlukan peralatan khusus untuk mencarinya – peralatan yang saat ini tidak tersedia karena tentara Israel mencegahnya masuk ke Jalur Gaza.
Hamas menambahkan bahwa beberapa jenazah dikubur di terowongan yang dihancurkan tentara Israel, sementara yang lain masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dibom dan dihancurkan pasukan Israel.
Menurut pernyataan itu, tentara Israel yang sama yang membunuh para sandera tersebut bertanggung jawab atas penguburan mereka di bawah reruntuhan.
Hamas menyatakan bahwa jenazah sandera Israel yang berhasil dijangkau telah diserahkan, tetapi untuk mengevakuasi sisanya diperlukan mesin berat dan peralatan khusus untuk membersihkan puing-puing – yang saat ini tidak diizinkan masuk ke Gaza oleh otoritas Israel.
Hamas menekankan bahwa keterlambatan pengembalian jenazah sepenuhnya adalah tanggung jawab pemerintah Netanyahu, yang dituding menghalangi penyediaan peralatan yang diperlukan.
Hamas menegaskan kembali komitmennya pada perjanjian dan tekadnya untuk menyerahkan semua jenazah yang tersisa, sambil menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja mengulur-ulur waktu dan gagal memenuhi komitmennya, sekaligus menghambat upaya kemanusiaan Hamas untuk menemukan jenazah lainnya.
Israel mengancam akan melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza jika Hamas tidak sepenuhnya mematuhi semua syarat perjanjian gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 11 Oktober, khususnya terkait pengembalian jenazah sisa sandera Israel yang masih ada di Gaza.
Netanyahu Pastikan Calonkan Lagi Jadi PM Israel Tahun Depan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu, 18 Oktober 2025, mengumumkan bahwa dirinya akan kembali mencalonkan diri dalam pemilihan parlemen 2026.
VIVA.co.id
19 Oktober 2025