Jakarta (ANTARA) – Indonesia menjaga sikap netral di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang dipicu oleh tarif balasan AS.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers online di Jakarta pada hari Kamis.
“Indonesia, sebagai negara terbesar di ASEAN dan dalam hubungannya dengan AS dan China, menjaga posisi netral, dihormati, dan strategis,” katanya. “Kita harus menjaga kekuatan tawar kita yang kuat ini.”
Beliau menambahkan bahwa baru-baru ini kementeriannya mengadakan pertemuan bilateral dengan rekan-rekan China, di mana Indonesia menguatkan komitmen untuk memperkuat hubungan.
Menurut Indrawati, AS juga telah menyatakan keinginan untuk terus memperkuat hubungannya dengan Indonesia.
Beliau menyatakan optimisme bahwa posisi tawar Indonesia yang relatif kuat didukung oleh kinerja ekonomi yang stabil. Kelebihan ini, katanya, mempersiapkan negara untuk menavigasi tantangan global yang volatil.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Mari Elka Pangestu, menyarankan bahwa pemerintah Indonesia juga harus membuka negosiasi dengan China sebagai respons terhadap kebijakan tarif AS.
“Kita perlu mengejar diplomasi dan keterlibatan yang proaktif tidak hanya dengan AS tetapi juga dengan China,” katanya pada 13 April.
Sementara itu, tim dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terus melakukan diskusi teknis dengan Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (USTR).
Tim dan USTR telah sepakat untuk terlibat dalam negosiasi tarif yang intensif dan untuk mempersiapkan kerangka kerja kerjasama dalam waktu 60 hari ke depan.
Berita terkait: Indonesia, USTR sepakat negosiasi tarif 60 hari
Berita terkait: Indonesia mencari tarif yang kompetitif dari AS: Menteri Hartarto
Penerjemah: Imamatul, Kenzu
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2025