Indonesia mencatat 17.136 kasus TB/HIV pada tahun 2024, naik dari tahun 2022

Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat 17.136 kasus TB/HIV pada tahun 2024, menurut pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat. Agustina Isturini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, menyatakan bahwa angka tersebut mencerminkan peningkatan dari 15.375 kasus yang tercatat dalam Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) pada tahun 2022. Dia mencatat bahwa kementerian telah melakukan berbagai upaya untuk mengeliminasi TB, termasuk mengintegrasikan skrining TB ke dalam program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG). Salah satu langkah untuk mengatasi TB melibatkan skrining semua orang yang hidup dengan HIV (ODHA) untuk penyakit tersebut. Pendekatan ini bertujuan untuk memungkinkan deteksi dini dan memastikan pengobatan tepat waktu. “Selain itu, tes HIV juga dilakukan untuk pasien TB,” tambah Isturini. ODHA yang terkonfirmasi TB diberikan pengobatan TB dan antiretroviral (ARV). ARV diresepkan untuk semua individu yang didiagnosis dengan HIV, tanpa memandang tahap klinis atau jumlah CD4. Isturini menekankan bahwa ARV harus diberikan pada hari yang sama atau paling lambat pada hari ketujuh setelah diagnosis. Untuk pasien TB yang baru didiagnosis dengan HIV, ARV diberikan sesegera mungkin, idealnya dalam dua minggu pertama. ODHA tanpa TB ditawarkan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT). ODHA termasuk dalam kelompok yang paling rentan terhadap TB. Kelompok berisiko tinggi lainnya termasuk anak-anak, perokok, lansia, individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan mereka yang memiliki kontak langsung dengan pasien TB. TB adalah penyakit menular yang dapat menyebar jika tidak segera dideteksi dan diobati. Namun, penyakit ini bisa disembuhkan jika pasien patuh terhadap pengobatan yang diresepkan oleh tenaga medis. “Pengobatan bisa memakan waktu enam bulan hingga lebih dari setahun, sehingga dukungan masyarakat sangat penting untuk memastikan pengobatan TB berhasil,” jelas Isturini. Pada awal Januari 2024, pemberitahuan kasus TB tercatat sekitar 860.000 dari perkiraan 1,092 juta kasus. Pada tahun 2023, setidaknya 820.000 dari perkiraan 1,060 juta kasus TB dilaporkan. “Telah terjadi peningkatan tahun demi tahun dalam proporsi deteksi dan pengobatan kasus. Ini merupakan indikator positif untuk mengidentifikasi pasien TB, memastikan pengobatan yang lebih baik, dan mencegah penularan lebih lanjut,” perhatikan Isturini. Namun, tambahnya, angka tersebut belum mencapai target pemerintah. Diperlukan terobosan dan strategi percepatan, termasuk mengintegrasikan skrining TB dengan program PKG. Berita terkait: Kementerian meluncurkan Buku Panduan TB untuk mencapai tujuan eliminasi TB Berita terkait: Kementerian advokasi untuk menghilangkan stigma negatif terhadap pasien TB Translator: Mecca Yumna, Resinta Sulistiyandari Editor: Anton Santoso Copyright © ANTARA 2025

MEMBACA  3 Tahun Menikah, Atta Halilintar Membawa Aurel Hermansyah ke Kota ImpianTiga Tahun Menikah, Atta Halilintar Mengajak Aurel Hermansyah ke Kota Impian

Tinggalkan komentar