Jakarta (ANTARA) – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) dan Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) telah sepakat untuk melanjutkan program Bantuan Desa untuk wilayah-wilayah timur negara.
“Penghentian program ini akan merugikan. Berkat program ini, kami telah berhasil membantu ribuan kepala keluarga,” kata Menteri PDTT Desa Abdul Halim Iskandar saat bertemu dengan direktur IFAD Asia-Pasifik, Reehana Rifat Raza, di Jakarta pada hari Kamis.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, Iskandar mencatat bahwa program Bantuan Desa telah menghasilkan peningkatan dalam ketahanan pangan dan gizi serta pendapatan penduduk pedesaan.
Program ini bertujuan untuk memberikan bimbingan dan bantuan kepada warga desa yang tinggal di provinsi-provinsi timur seperti Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
“Penghentian program ini akan menimbulkan pertanyaan dan membawa banyak dampak negatif. Bahkan hal itu bisa mengikis kepercayaan masyarakat terhadap program-program yang telah kita rancang,” katanya.
Kerjasama antara kementerian dan IFAD dimulai pada tahun 2019 dan seharusnya berakhir pada akhir tahun ini, mengikuti berakhirnya masa jabatan Presiden Joko Widodo.
Namun, Iskandar memastikan bahwa transisi kekuasaan tidak akan mengganggu implementasi program Bantuan Desa yang terbukti bermanfaat bagi banyak orang di Indonesia bagian timur.
“Kami bisa menjamin bahwa program yang didukung IFAD ini akan terus berlanjut meskipun adanya transisi pemerintahan yang akan datang, karena kami sangat merekomendasikan program ini. Oleh karena itu, siapapun yang menggantikan saya di jabatan harus melanjutkannya,” tambahnya.
Direktur Raza, pada bagian lainnya, mendukung pendapat Menteri Iskandar, sambil menekankan perlunya menyiapkan mentor yang lebih mampu dan menyempurnakan konsep untuk melanjutkan implementasi program bantuan tersebut.
Beliau mengatakan bahwa Indonesia dan IFAD memiliki pandangan yang sama tentang perlunya menjaga program ini untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi perubahan iklim, pertumbuhan populasi global, dan fluktuasi harga pangan dan energi.
Penerjemah: Tri M, Tegar Nurfitra
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2024