Sebuah tim gabungan peneliti Indonesia dan Australia telah menciptakan alat untuk mengevaluasi ketahanan pasokan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, yang disebut lokal sebagai “PAMSIMAS,” dalam menghadapi perubahan iklim.
Para peneliti berasal dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), University of Technology Sydney (UTS), dan Center for Regulation Policy and Governance (CRPG). Peneliti UI Cindy Rianti Priadi dan Sucipta Laksono terlibat dalam proyek penelitian yang berkontribusi pada penciptaan PAMSIMAS.
Berbicara di Depok, Jawa Barat, pada hari Senin, Laksono mengatakan bahwa kehidupan manusia telah mulai terpengaruh oleh dampak nyata perubahan iklim. Oleh karena itu, tindakan nyata untuk mengatasi dampak tersebut diperlukan.
Dalam hal ini, ia menekankan perlunya langkah-langkah seperti memastikan sumber-sumber waduk air, penyesuaian material, pipa, dan pompa. Selama presentasi terbaru tentang PAMSIMAS, ia mengatakan bahwa para peneliti juga telah menciptakan alat pemantauan yang disebut Rural Water Supply Climate-Resilient Monitoring Tool (RWS-CRMT).
RWS-CRMT, yang dikembangkan dari September 2023 hingga Mei 2024, dapat menilai ketahanan pasokan air pedesaan terhadap perubahan iklim, ungkap Laksono. Alat pemantauan telah diuji oleh 100 kelompok pengelola fasilitas pasokan air minum dan sanitasi (KPSPAMS) di 14 provinsi di Indonesia.
Provinsi-provinsi tersebut termasuk Jawa Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, katanya.
Untuk memiliki ketahanan iklim dan mewujudkan transformasi ekonomi, Indonesia harus memiliki populasi yang produktif dan sehat, tambahnya. Dalam hal ini, pasokan air bersih menjadi sangat penting bagi Indonesia, menurut pendapat Laksono.
Karena pentingnya keberlanjutan air bagi kehidupan manusia, Indonesia baru-baru ini menjadi tuan rumah Forum Air Dunia ke-10 di Bali dengan tema “Air untuk Kemakmuran Bersama.” Peserta FWD membahas isu-isu penting seperti air untuk manusia dan alam; keamanan air dan kemakmuran; pengurangan risiko bencana dan mitigasi; kerjasama tata kelola dan hidro diplomasi; keuangan air yang berkelanjutan; dan pengetahuan dan inovasi.
Berita terkait: Danau Batur di Bali termasuk danau yang tercemar yang ditargetkan untuk pembersihan: Kementerian Berita terkait: Menjelajahi peluang pendirian Dana Air Global di masa depan
Copyright © ANTARA 2024