Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengundang investor di sektor informasi, komunikasi, dan teknologi (IKT) untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi kecerdasan buatan (AI).
Dia menyatakan hal ini berdasarkan data yang menunjukkan kontribusi AI terhadap ekonomi ASEAN melonjak dari US$1 miliar pada tahun 2020 menjadi US$11 miliar pada tahun 2022.
“Investasi swasta di sektor AI masih didominasi oleh AS, China, dan Inggris. Namun, sektor digital terus berkembang pesat di wilayah ASEAN, dengan investasi di sektor IKT meningkat,” kata Setiadi pada Jumat.
Dia juga mendorong para pemain ekosistem teknologi digital nasional untuk memanfaatkan peluang untuk mengembangkan AI sebagai inovasi dan solusi.
Di Indonesia, sektor digital menarik sekitar US$22 miliar investasi pada tahun 2023.
Potensi pasar diperkirakan akan mencapai antara US$210 miliar dan US$360 miliar pada tahun 2030, dengan pertumbuhan signifikan di sektor e-commerce, perjalanan online, transportasi, industri makanan, dan media online, jelas Setiadi.
“Kontribusi AI terhadap ekonomi Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai US$366 miliar. Sektor ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan,” tambahnya.
Potensi yang menjanjikan tersebut menunjukkan bahwa AI adalah teknologi yang sedang berkembang dengan baik dan mendapatkan kepercayaan di berbagai sektor.
“Tujuh puluh tiga persen dari 700 pengembang AI global percaya bahwa AI akan diadopsi oleh organisasi mereka dalam dua tahun ke depan,” katanya.
AI juga diharapkan dapat memberikan solusi untuk berbagai sektor di negara-negara berkembang, termasuk pendidikan, kesehatan, layanan publik, keuangan, dan tenaga kerja, tambahnya.
Setiadi meyakini bahwa upaya untuk menciptakan kesetaraan digital juga dapat difasilitasi oleh AI, yang dianggap sebagai akselerator di ruang digital.
Dia mencatat bahwa akses ke layanan digital menggunakan AI dapat ditingkatkan melalui penyediaan informasi yang lebih baik dan layanan publik, terutama di daerah pedesaan dan terpencil.
“Selain itu, AI memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas ekonomi melalui otomatisasi dan inovasi, memungkinkan UMKM bersaing di era digital,” katanya.
Namun, beberapa tantangan dalam pengembangan AI harus diatasi agar Indonesia menjadi tujuan investasi yang cocok untuk AI, tambahnya.
Tantangan-tantangan ini termasuk pembangunan infrastruktur yang tidak merata dan pendanaan yang terbatas, yang menghambat penetrasi Internet—kunci untuk pengembangan AI.
“Selain itu, kurangnya transfer pengetahuan dari negara-negara pengembang AI juga membatasi pembentukan tata kelola AI yang efektif di suatu negara,” kata Setiadi.
Berita terkait: Penggunaan AI tidak boleh membengkokkan kebenaran, mengabaikan etika manusia: Megawati
Berita terkait: Pemerintah menyesuaikan kebijakan AI untuk keuntungan masyarakat: kementerian
Translator: Livia Kristianti, Yashinta Difa
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024