Kamis, 5 Juni 2025 – 08:17 WIB
(Oleh Prof. Dr. Aswadi, M.Ag, Konsultan Bimbingan Ibadah Haji Daker Madinah PPIH Arab Saudi 2025)
Baca Juga:
Viral Jemaah Haji Asal Bandung Dipulangkan, Ini Tanggapan Kemenag Jabar
Haji bukan hanya perjalanan fisik ke Tanah Suci. Ini adalah latihan rohani, sosial, dan moral yang lengkap—tempat di mana setiap jiwa dipanggil untuk membersihkan niat, memperbaiki akhlak, dan menguatkan nilai-nilai tauhid. Setiap langkah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina bukan sekadar ritual biasa, tapi jejak renungan yang membawa kita pada inti kemanusiaan dan ketakwaan.
Saya selalu ingatkan jemaah: jaga kesehatan, jaga akhlak, dan jaga harga diri. Di dunia digital seperti sekarang, satu kesalahan kecil bisa viral dan merusak banyak kebaikan yang sudah dibangun. Maka, buatlah kebaikan kecil yang bisa menutupi banyak kesalahan, jangan sebaliknya—biarkan satu kesalahan menghancurkan banyak kebaikan.
Baca Juga:
Safari Wukuf dan Murur untuk Lansia Haji 2025 Gratis, Tidak Ada Pungutan Biaya
Di Tanah Suci, kita semua—dari jutaan umat Islam—adalah yang terpilih. Jadi, syukuri dengan sepenuh hati. Doakan keluarga, saudara, dan bangsa. Manfaatkan setiap momen suci untuk mendoakan kedamaian dan berkah bagi Indonesia. Bangsa ini butuh orang-orang yang pulang dari Haji dengan jiwa bersih dan semangat membangun.
Saya sering bilang, Ka’bah mungkin terhalang tembok, tapi hati tidak. Komunikasi rohani tidak kenal jarak, karena sesungguhnya Baitullah juga ada di hati orang-orang yang ikhlas. Maka, bersihkan hati sebelum menunaikan rukun. Tak cukup mandi badan, tapi juga mandi rohani—membersihkan niat dan menyempurnakan keikhlasan.
Baca Juga:
Kronologi Jemaah Asal Bandung Gagal Berhaji, Pulang ke RI Pakai Kain Ihram
Ada juga hal teknis yang sering saya ingatkan pada jemaah: soal niat, pakaian ihram, mandi sunnah, hingga larangan seperti menutup kepala buat pria atau pakai sarung tangan buat wanita. Ini bukan cuma simbol, tapi bentuk ketaatan yang melatih disiplin rohani.
Petugas haji jumlahnya terbatas. Jangan risau kalau tidak lihat mereka setiap saat. Belajarlah mandiri. Haji adalah perjalanan yang menuntut kedewasaan dalam ibadah. Kita harus siap menolong diri sendiri dan sesama, tidak bergantung sepenuhnya pada petugas.
Wukuf di Arafah adalah inti Haji. Jangan sia-siakan waktu dari zawal sampai Maghrib cuma buat tidur atau ngobrol ngalor-ngidul. Gunakan untuk bermunajat. Tangisi dosa-dosa. Mohon ampunan. Di sana, Allah membuka pintu langit selebar-lebarnya.
Pulang dari Haji bukan cuma bawa gelar "Haji", tapi bawa kesadaran baru: bahwa kita semua adalah agen perubahan. Haji bukan akhir, tapi awal dari jihad sosial dan moral yang lebih besar di tanah air. Kita bawa oleh-oleh tak kasat mata—keikhlasan, kesabaran, disiplin, dan kepedulian.
Semoga Haji tahun ini jadi momentum kebangkitan moral umat. Mari pulang bukan hanya sebagai hamba yang diampuni, tapi sebagai manusia yang siap jadi cahaya bagi sekitar. Di tengah tantangan bangsa yang kompleks, semoga para haji jadi penggerak nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin. (Tulisan ini diambil saat memberikan bimbingan haji kepada jemaah di Sektor 2, Hotel Al Khulafa, Makkah, Arab Saudi, 2 Juni 2025)
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.