DPR Meminta Pemerintah Waspada Terhadap Bencana Hidrologi di Akhir Tahun.

Jakarta (ANTARA) – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Puan Maharani, meminta pemerintah dan lembaga terkait untuk waspada terhadap potensi bencana, terutama bencana hidrologi, menjelang akhir tahun.

Dia menilai bahwa kesiapsiagaan untuk menjamin keselamatan masyarakat sangat diperlukan.

“Pemerintah harus menyadari bencana alam selama liburan akhir tahun karena sekarang kita telah memasuki musim hujan, yang berpotensi terjadi bencana hidrologi,” katanya dalam pernyataan yang diterima di Jakarta pada hari Minggu.

Sebelumnya, bencana melanda beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya, di Kabupaten Aceh Utara, sebagian besar wilayahnya telah dikelilingi banjir sejak 24 Desember. Banjir tersebut telah menghancurkan lebih dari 44 ribu warga.

Selain itu, banjir dan longsor juga terjadi di beberapa lokasi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Utara, pada hari Selasa (26 Desember).

Di Kabupaten Madina, Sumatera Utara, tanah longsor memutus akses ke Pantai Barat. Banjir juga melanda 16 desa di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, meskipun sekarang telah surut secara bertahap.

Selain itu, angin kencang juga melanda daerah Dago, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada hari Jumat (29 Desember). Hujan deras disertai angin kencang menyebabkan beberapa pohon tumbang dan atap rumah rusak.

Untuk itu, Maharani mengingatkan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana seperti hujan ekstrem potensial, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama di daerah yang rentan terhadap bencana.

Dia menyatakan dukungan terhadap upaya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang menciptakan pos terpadu dengan lembaga terkait lainnya sebagai bagian dari langkah antisipatif terhadap potensi bencana di berbagai daerah.

Persiapan bantuan logistik bagi korban bencana juga dianggap penting agar optimal di setiap daerah.

MEMBACA  Pakistan mencatat 'April terbasah' dalam lebih dari 60 tahun | Berita Iklim

“Pos kesiapsiagaan bencana di setiap daerah harus aktif sehingga respons segera dapat dilakukan saat terjadi risiko bencana. Tingkatkan pemantauan dan evaluasi secara teratur,” katanya.

Berita terkait: Perubahan iklim, bencana hidrologi mengancam ekologi
Berita terkait: Kepala BMKG mengatakan konsep pariwisata Banyuwangi membantu menghindari perubahan iklim
Berita terkait: COP28: Indonesia mendorong pembiayaan iklim terpadu