Jakarta (ANTARA) – Tarif timbal balik yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 2 April 2025, telah muncul sebagai sinyal penting bahwa ekonomi global saat ini sedang dalam mode proteksionis.
Kenaikan tarif impor AS terhadap beberapa produk tidak hanya akan mempengaruhi neraca perdagangan, tetapi juga akan memengaruhi kepercayaan pasar dan melemahkan nilai tukar rupiah.
Di tengah iklim ketidakpastian ini, pariwisata muncul sebagai sektor strategis yang tidak hanya dapat bertahan tetapi juga menawarkan solusi konkret dan menjanjikan untuk meningkatkan ekonomi nasional.
Ada dua dampak tradisional dari pelemahan rupiah. Di satu sisi, tekanan pada nilai tukar dapat mengikis daya beli pembeli domestik dan membuat impor menjadi lebih mahal. Di sisi lain, pariwisata dapat mendapat manfaat dari situasi ini.
Turis asing, terutama dari negara-negara dengan mata uang kuat seperti AS, Uni Eropa, dan China, akan melihat Indonesia sebagai destinasi yang lebih “bernilai untuk uang” dan menarik.
Pendiri Yayasan Inovasi Pariwisata Indonesia (YIPINDO), Taufan Rahmadi, mengatakan dalam sebuah studi bahwa depresiasi rupiah dapat menjadi katalis pertumbuhan pariwisata mancanegara.
“Data dari tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa ketika rupiah melemah, kedatangan wisatawan asing meningkat. Ini dapat menjadi kesempatan strategis, jika ditanggapi dengan promosi yang tepat,” jelasnya.
Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa selama periode 2018-2019, rupiah melemah hingga hampir Rp15 ribu per dolar AS. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 mencatat peningkatan sebesar 1,88 persen dalam kedatangan wisatawan asing.
Namun, menurut Rahmadi, kesiapan industri pariwisata Indonesia untuk menangani lonjakan tersebut masih diragukan.
Infrastruktur yang tidak merata, kualitas layanan yang bervariasi, dan data yang terbatas untuk pengambilan kebijakan dianggap sebagai tantangan nyata terhadap kesiapan pariwisata.
Di sini, peran pemerintah penting, terutama dalam menciptakan kebijakan yang lebih cerdas dan adaptif.
Menciptakan keseimbangan
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana juga menekankan pentingnya melihat pariwisata sebagai sektor yang “mengekspor jasa” tanpa batasan dari tarif.
“Ketika ekspor barang terkena tarif tinggi, kita harus melihat sektor lain yang dapat menciptakan keseimbangan. Pariwisata adalah salah satu bentuk ekspor jasa yang tidak terpengaruh oleh kebijakan tarif perdagangan,” katanya.
Harapannya adalah pariwisata tidak hanya akan muncul sebagai penyumbang devisa tetapi juga sebagai pertahanan ekonomi yang kuat dan fleksibel terhadap tekanan global.
Strategi pemerintah untuk memperkuat pariwisata sebagai ekspor jasa direalisasikan melalui pendekatan holistik yang diambil oleh Kementerian Pariwisata.
Tidak hanya mengejar upaya untuk meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan, tetapi juga mendorong pariwisata berkualitas tinggi, yang berfokus pada pengalaman otentik dan meningkatkan pengeluaran wisatawan per kunjungan.
Melalui program “Pariwisata Naik Kelas”, pemerintah berupaya untuk menargetkan wisatawan yang tertarik pada maritim, kuliner, dan kesehatan – tiga pilar yang menjanjikan ketahanan terhadap fluktuasi global dan menawarkan nilai tambah yang tinggi.
Pendekatan ini adalah jawaban atas tantangan yang selama ini dihadapi dalam pariwisata massa, yang cenderung murah dan tidak berkelanjutan.
Bukan hanya sisi permintaan, sisi pasokan juga diperkuat melalui pengembangan desa pariwisata dan keterlibatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.
Hal ini diharapkan tidak hanya akan memperluas distribusi manfaat ekonomi tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi regional.
Dalam konteks kebijakan tarif Trump yang akan memukul ekspor manufaktur, langkah ini sangat relevan.
Pada saat ekspor tekstil dan furnitur menghadapi hambatan tarif, produk berbasis pariwisata kreatif seperti kuliner lokal, kerajinan tangan, dan penginapan telah mencapai tahap baru dalam pengembangan destinasi wisata.
Tentu saja, tantangan masih ada. Kenaikan tarif dan pelemahan rupiah bisa berdampak negatif pada sektor perhotelan, yang masih mengandalkan impor bahan bangunan, perabotan, dan peralatan hotel.
Investor juga bisa menjadi lebih konservatif, menahan rencana ekspansi karena fluktuasi ekonomi.
Krisis telah mendorong inovasi
Namun, secara historis, krisis telah mendorong inovasi. Dengan kebijakan fiskal proaktif dan insentif untuk pengembangan destinasi, pemerintah dapat menjaga kepercayaan investor dan, pada saat yang sama, memperkuat fondasi domestik.
Dampak lain dari kebijakan tarif dan pelemahan rupiah adalah tekanan pada wisatawan Indonesia yang ingin bepergian ke luar negeri.
Biaya perjalanan yang meningkat bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan arus pariwisata domestik.
Data dari Mastercard Economics Institute pada tahun 2023 menunjukkan bahwa pada tahun 2022, wisatawan Indonesia menghabiskan rata-rata US$1.200 per kunjungan di negara lain.
Dengan depresiasi rupiah yang signifikan, nilai ini bisa meningkat secara drastis, memaksa orang untuk mencari destinasi alternatif di dalam Indonesia.
Jika orang dapat dialihkan ke destinasi lokal, memang, dampaknya pada ekonomi nasional akan sangat besar.
Kesempatan ini harus dimanfaatkan melalui promosi yang kuat, peningkatan transportasi domestik, dan penyediaan pengalaman pariwisata yang tidak kalah dengan destinasi internasional.
Akhirnya, kebijakan tarif Trump bisa merangsang transformasi dalam pariwisata Indonesia, mendorongnya untuk membuat lonjum dengan memanfaatkan peluang di tengah krisis.
Dalam visi ekonomi Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan kemandirian, pariwisata bukan hanya sebagai sektor pelengkap tetapi juga sebagai dasar baru bagi ekonomi Indonesia yang tangguh, kompetitif, dan inklusif.
Ke depan, langkah konkret, kepemimpinan yang adaptif, dan dukungan lintas sektor diperlukan untuk mewujudkan visi tersebut.
Karena, ketika perdagangan global semakin terbatas, pariwisata dapat menjadi cara untuk menyatukan Indonesia dan dunia dalam hubungan yang saling menguntungkan.
Berita terkait: Manfaatkan tarif AS untuk memacu kebangkitan produk nasional: Prabowo
Berita terkait: Menteri Indonesia melihat peluang dalam pergeseran tarif AS
Berita terkait: Indonesia menanggapi tarif AS dengan negosiasi yang sama, adil
Penerjemah: Hanni Sofia, Raka Adji
Editor: Primayanti
Hak cipta © ANTARA 2025