Biaya rokok yang semakin tinggi menakut-nakuti perokok muda: kementerian

Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa upaya negara lain untuk meningkatkan cukai rokok dapat mengurangi konsumsi sebesar 10-15 persen, dengan peningkatan Harga Jual Eceran (HJE) produk tembakau dan rokok elektronik mencegah perokok muda untuk membelinya.

“Prevalensi perokok kita saat ini sedang menurun, terutama perokok remaja usia 10-18 tahun, dari 9,1 persen pada tahun 2018 menjadi 7,4 persen pada tahun 2023,” pernyataan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian, Siti Nadia Tarmizi, pada hari Selasa.

Namun, ia menekankan bahwa upaya lintas sektor masih diperlukan, karena kebijakan fiskal atau non-fiskal saja tidaklah cukup.

“Merokok merupakan salah satu faktor risiko bagi Penyakit Tidak Menular, dan merokok sangat sulit dihentikan. Kita perlu berupaya mencegah merokok pada anak-anak dan remaja. Selain itu, perokok aktif dan pasif juga menghadapi risiko yang sama,” ujar Tarmizi.

Salah satu upaya untuk mencegah anak-anak merokok dapat dilakukan dengan mengatur pesan-pesan kesehatan pada kemasan.

Selain pesan kesehatan, Tarmizi menekankan pentingnya upaya lintas sektoral lainnya, termasuk mendirikan area bebas asap rokok di sekolah dan taman bermain serta melarang penjualan rokok eceran.

“Tidak boleh ada iklan dalam jarak 500 meter dari tempat pendidikan dan taman bermain anak-anak serta tidak ada penjualan rokok dalam radius 200 meter dari tempat pendidikan atau taman bermain anak-anak,” katanya.

Tarmizi mendorong orangtua untuk mengedukasi diri tentang rokok elektronik, menekankan pentingnya memahami penampilan mereka yang berbeda untuk melindungi anak-anak dari penggunaannya.

“Lebih baik menggantikan pengeluaran untuk rokok dengan pengeluaran untuk membeli makanan kaya protein untuk keluarga. Ingat, satu batang rokok sama dengan satu butir telur,” katanya.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa pada tahun 2018, sekitar 38 negara memiliki cukai rokok yang cukup tinggi.

MEMBACA  3 Saham yang Baru Saja Dibelinya

Sementara itu, hasil analisis WHO tahun 2016 mencatat bahwa konsumsi rokok di China menurun setelah cukai rokok meningkat. WHO memperkirakan bahwa jumlah rokok di China turun sebesar 3,3 persen pada April 2015-Maret 2016 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

WHO juga menyatakan bahwa Kolombia mengalami penurunan konsumsi rokok sebesar 34 persen pada tahun 2018 karena cukai rokok yang naik tiga kali lipat dari 2016-2018.

Selain itu, pendapatan pajak Kolombia, yang digunakan untuk asuransi kesehatan universal, hampir dua kali lipat.

Translator: Mecca Yumna, Resinta Sulistiyandari
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2024