Protes mahasiswa terhadap konflik Israel-Hamas yang terus berlangsung telah membawa batalyon polisi dalam perlengkapan anti huru-hara ke kampus-kampus, membuat beberapa donor miliarder marah, dan mengakibatkan pembatalan upacara wisuda.
Salah satu seruan konstan dalam protes ini adalah tuntutan agar dana endowment perguruan tinggi untuk melepaskan investasinya dari Israel dan banyak perusahaan Amerika yang berbisnis di sana. Perusahaan teknologi seperti Google dan Amazon serta kontraktor pertahanan seperti Boeing dan Lockheed berada dalam daftar tersebut.
“Dana endowment ini terkenal tidak transparan,” kata Alison Taylor, profesor klinis di Stern School of Business Universitas New York. “Sehingga seringkali tidak ada informasi publik yang tersedia tentang apa yang terjadi dengan dana-dana ini. Dan itu sebenarnya juga salah satu tuntutan mahasiswa.”
Menerapkan divestasi dalam praktik, tentu saja, merupakan tugas yang berat. Beberapa universitas, seperti Universitas California, Berkeley, setuju untuk meninjau investasinya. Namun, banyak universitas yang mengabaikan seruan untuk melepaskan investasi dari Israel atau perusahaan yang berbisnis di sana.
“Universitas enggan untuk melepaskan investasi dalam segala hal karena hal itu mungkin menurunkan hasil dari dana endowment mereka, yang akan memengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa di masa depan,” kata Witold Henisz, profesor manajemen di The Wharton School, Universitas Pennsylvania. “Jika kita memperkenalkan risiko yang lebih besar atau hasil yang lebih rendah dalam dana endowment, akan ada lebih sedikit dana yang tersedia untuk menutupi… bantuan biaya kuliah, untuk menutupi biaya operasional universitas untuk mahasiswa yang mungkin belum dilahirkan.”
Tonton video di atas untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana melepaskan investasi dari Israel dan perusahaan yang berbisnis di sana sebenarnya akan berfungsi, dan bagaimana hal itu akan memengaruhi puluhan miliar dolar yang dipertaruhkan dalam dana endowment perguruan tinggi.