Ahli Kuant yang Sebut Era Pasif ‘Lebih Buruk dari Marxisme’ Kembali Tegaskan Posisinya

Inigo Fraser Jenkins dulu pernah bilang investasi pasif lebih buruk untuk masyarakat daripada Marxisme. Sekarang dia bilang, pernyataan provokatif itu mungkin masih kurang tepat.

Di analisis terbarunya, strategis AllianceBernstein ini bilang, triliun dolar yang masuk ke dana indeks nggak cuma ikutin pasar, tapi juga merusak pasar. Dominasi Big Tech, katanya, makin kuat karena aliran dana pasif yang lebih hargai ukuran daripada nilai sebenarnya. Para investor secara otomatis mendanai perusahaan besar yang sudah ada, mengalihkan lebih banyak modal ke nama-nama terbesar hanya karena mereka sudah mendominasi patokan pasar.

Dia sebut ini "simbiosis distopia": sebuah lingkaran setan antara dana indeks dan raksasa platform seperti Apple, Microsoft, dan Nvidia yang memusatkan kekuasaan, menghambat kompetisi, dan memberi ilusi keamanan. Berbeda dengan siklus pasar dulu yang didorong fundamental atau keyakinan aktif, aliran dana sekarang otomatis dan sering acuh pada risiko.

Fraser Jenkins bukan satu-satunya yang peringatkan hal ini. Tapi kritik terbarunya ini memicu lagi debat yang semakin sulit diabaikan. Sekarang, hanya 10 perusahaan yang membentuk lebih dari sepertiga nilai S&P 500, dengan nama-nama teknologi memberikan bagian besar keuntungan di tahun 2025.

Dia tulis, "Perusahaan platform dan kurangnya alokasi modal aktif keduanya mengarah ke bentuk kapitalisme yang kurang efektif dengan persaingan yang berkurang," Pasar yang terkonsentrasi dan sebagian besar aliran dana masuk ke indeks pasif berbasis kapitalisasi membawa risiko lebih besar jika tren terkini berbalik."

Meski kemunculan perusahaan raksasa mungkin mencerminkan penggunaan teknologi yang lebih efektif, itu juga bisa jadi hasil dari kegagalan kebijakan anti-trust, dan hal lain, menurutnya. Kecerdasan buatan mungkin perparah masalah ini dan bisa bikin konsentrasi kekuasaan di antara perusahaan jadi lebih kuat.

MEMBACA  Langkah yang Perlu Diambil Pemberi Pinjaman Saat Ini

Analisisnya yang berjudul "The Dystopian Symbiosis: Passive Investing and Platform Capitalism," ditulis sebagai dialog fiksi antara tiga orang yang debat topik ini. Salah satu karakternya sampai berargumen bahwa situasi saat ini butuh campur tangan kebijakan aktif — mirip dengan pembubaran Standard Oil di awal abad ke-20 — untuk pulihkan persaingan.

Dulu, hampir satu dekade lalu, dalam analisis provokatif berjudul "The Silent Road to Serfdom: Why Passive Investing is Worse Than Marxism", Fraser Jenkins bilang bangkitnya investasi pelacak indeks akan buat korelasi saham makin tinggi, yang menghalangi "alokasi modal yang efisien." Employer dia, AllianceBernstein, tetap meluncurkan ETF meski analisis terkenal itu sudah terbit, tapi produknya dikelola secara aktif.

Manajer aktif lain juga punya pendapat serupa — manajer di Apollo Global Management tahun lalu bilang biaya tersembunyi dari investasi pasif termasuk volatilitas yang lebih tinggi dan likuiditas yang lebih rendah.

Tapi kritik ini juga dapat bantahan kuat: studi dari Goldman Sachs tunjukkan peran fundamental tetap jadi pendorong utama valuasi saham; Citigroup temukan bahwa manajer aktif sendiri pengaruhnya jauh lebih besar daripada saingan pasif mereka terhadap kinerja saham dibanding industrinya.

Eric Balchunas, analis ETF senior Bloomberg Intelligence, bilang, "ETFs don’t ruin capitalism, they exemplify it. Kompetisi dan inovasinya sangat tinggi. Itu kapitalisme dalam bentuk terbaiknya dan pemenangnya adalah investor."

Sejak analisis "Marxisme" Fraser Jenkins, investasi pasif malah makin besar. ETF pelacak indeks, yang makin populer karena mudah diperdagangkan dan biaya manajemen relatif murah, sering dibilang sebagai salah satu penyebab utama dalam debat ini. Data Bloomberg tunjukkan segmen ini sudah kumpulkan $842 miliar tahun ini, dibandingkan $438 miliar dari dana yang dikelola aktif, padahal produk aktif jumlahnya lebih banyak. Dari lebih dari $13 triliun yang ada di ETF secara keseluruhan, $11,8 triliun ada di produk pasif. Mayoritas kepemilikan ETF terpusat di reksa dana indeks berbiaya rendah yang udah bikin biaya akses pasar finansial turun drastis buat investor.

MEMBACA  Ini Dia Alat Photoshop AI yang Layak Digunakan: Cara Saya Menggunakan AI untuk Mengedit Foto

Di analisis barunya Fraser Jenkins, salah satu karakter fiksianya nanya karakter lain apa arti "simbiosis distopia" bagi investor.

Jawabnya, "Indeks pasif sekarang lebih berisiko daripada dulu. Besarnya aliran dana yang masuk secara tidak proporsional ke reksa dana pasif berbasis kapitalisasi dengan paparan tinggi ke perusahaan mega kap mengisyaratkan risiko efek negatif besar bagi kekayaan jika ada hal yang ganggu ekspektasi buat perusahaan-perusahaan besar itu."