Perekonomian Jepun menyusut dengan laju tahunan 1,8% pada Juli-September. Ini terjadi karena tarif Presiden Donald Trump membuat ekspor menurun dan investasi perumahan swasta jatuh banyak.
Data dari pemerintah hari Senin menunjukkan, secara kuartal-ke-kuartal, produk domestik bruto (PDB) Jepang turun 0,4%. Ini adalah kontraksi pertama dalam enam kuartal.
Angka tahunan itu memperlihatkan apa yang akan terjadi pada ekonomi jika laju yang sama terus berlangsung selama setahun.
Pada kuartal April-Juni, ekonomi Jepang tumbuh 0,6% secara kuartalan. Sedangkan pada periode Januari-Maret, tumbuh 0,2%.
Ekspor turun 4,5% dalam istilah tahunan pada tiga bulan hingga September.
Saat Trump menerapkan tarif lebih tinggi untuk impor dari banyak negara awal tahun ini, banyak bisnis meningkatkan ekspor mereka untuk menghindari biaya lebih tinggi. Hal ini membuat data ekspor sebelumnya terlihat lebih baik.
Impor untuk kuartal ketiga sedikit turun 0,1%. Konsumsi swasta naik tipis 0,1% selama kuartal itu.
Para analis bilang, penurunan investasi perumahan swasta sebesar 9,4% (secara tahunan jadi 32,5%) terutama karena perubahan aturan bangunan Jepang. Perubahan ini menyebabkan mulai dibangunnya rumah merosot setelah berlaku di April, awal tahun fiskal Jepang.
Tarif itu pukulan besar untuk ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor, yang dipimpin oleh pembuat mobil kuat seperti Toyota. Meski banyak pabrik sudah pindah produksi ke luar negeri untuk hindari dampak tarif dan kontrol perdagangan lain.
AS memberlakukan tarif tambahan 15% untuk hampir semua impor dari Jepang. Ini lebih rendah dari rencana awal Trump yang 25%.
Perdana Menteri Sanae Takaichi, yang mulai menjabat Oktober, berjanji pulihkan ekonomi dan diharap akan tingkatkan belanja pemerintah. Ini bisa mempersulit upaya bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga dari level lama di sekitar nol.
Tingkat aktivitas yang biasa-biasa saja di kuartal terakhir berarti kenaikan suku bunga di Desember kemungkinan tidak akan terjadi, kata Marcel Thieliant dari Capital Economics.
Tapi data awal untuk kuartal ini dan survei sentimen bisnis menunjukkan ekonomi mungkin membaik dalam bulan-bulan mendatang. Bank Jepang mungkin mulai naikkan suku bunga lagi awal 2026, katanya.